Thursday, December 5, 2019

Boikot Produk Israel, Kenapa Sepi?

Jujur ya, saya heran kenapa seruan itu sepi-sepi saja di Indonesia. Bahkan di beranda FB saya hampir ga ada hingar bingarnya. Tidak seperti masalah-masalah sensitif keagamaan lainnya. Bukan kah Indonesia adalah salah satu negara yang mendukung Palestine? Selalu mengirim logistik dan obat-obatan ke Palestine?

Kecurigaan saya adalah karena mungkin ada rasa malu atau takut dinyiyirin, boikot Israel kok masih pake FB? FB kan buatan Yahudi? Dan sepertinya kecurigaan saya ini benar, karena ketika saya share content dari luar berupa video clip "kenapa saya memutuskan berhenti menggunakan produk Israel" langsung ada komentar nyiyir dari teman facebook saya.

Padahal Israel dan Yahudi adalah sesuatu yang berbeda. Negara dan Etnis itu beda lah. Ya memang FB buatan orang Yahudi, yang mungkin juga pro Israel. Tapi sangat tidak masuk akal bagi saya hanya karena saya pakai FB, System Operasi Windows, dan produk-produk Yahudi lainnya yang tidak bisa saya hindari, trus saya tidak boleh berhenti memakai produk Israel yang lain? ah dasar netizen +62



Jauh sebelum heboh seruan berhenti menggunakan produk Israel, saya sudah menghidari produck yang teraviliasi dengan israel, sebisa mungkin berhenti. Dan saya lebih suka memilih produk lokal yang memberikan keuntungan kepada bangsa sendiri. Biar duit yang saya belanjakan tidak dibawa keluar negeri sebagai keuntungan mereka.

Sudah lama saya berhenti ngopi di star buck. Mahal? ya itu salah satu alasannya. Tapi bahkan ketika ditraktir teman pun, saya selalu minta opsi lain selain star buck. Dan ketika Circle saya melakukan gathering di star buck, ya saya cuma punya 2 pilihan: Tidak datang atau datang tapi tidak membeli apa pun, walau pun ditraktir.

Lebih baik saya minum kopi sasetan daripada ngopi di star buck, meski saya tetap merasa sedikit  bersalah karena menyumbang plastik sebagai polutan dunia. Ngopi di coffee shop lokal lebih menarik bagi ku, apalagi sekarang banyak yang pakai jargon lucu-lucu. Ngopi di watung kopi di pasar atau pinggir jalan tetap menarik bagiku, bisa ngobrol dengan siapa pun yang berkunjung disitu dan tukang warungnya. Hal yang tidak bisa dilakukan di star buck. Lagi pula kopi lebih cocok dimakan dengan makanan gorengan terutama jadah goreng daripada cookies.

McD dan KFC, udah lebih dari setahun saya tidak makan di KFC dan bertahun-tahun tidak makan di Mc.D. Lagi-lagi mahal adalah salah satu alasannya, selain itu saya juga tau itu adalah Junk Food alias makanan sampah.

Ya saya memang penggemar ayam, tapi kalau cuma pingin ayam krispi tidak perlu ke KFC atau Mc.D. Yang dijual di rombong (gerobak) kalau di Balikpapan harganya cuma cemban (10 ribu). Rasanya beda memang, wajarlah harganya juga beda. Tapi aku ga merasa penambahan harganya itu sebanding dengan perbedaan rasanya. Dan lagi-lagi saya memberikan keuntungan pada orang Indonesia yang tidak harus membayar royalty ke luar negeri. Burger? Saya bukan penggemar Burger, saya penggemar ayam goreng dengan segala bentuk dan modelnya, krispi, lalapan, penyet, dan geprek.

Coca Cola dan Pepsi? Udah lama berhenti minum soda, ga bagus buat kesehatan tau. Sebenarnya udah tau lama, waktu kuliah di Teknologi Pertanian dulu, tapi bandel. Dan sekarang udah berhenti. Malah aku kalau dikasih minuman soda suka takut, parno gitu. Apalagi di Youtube banyak content tentang penggunaan minuman soda untuk membersihkan logam dan keramik. S E R A M.

Daripada minum Coca Cola, saya lebih suka minum es cendol dawet ... cendol-cedol ... dawet-dawet ... cendol dawet seger ... piro? Limangatusan ... ngapusi ... wkwkwkwk.

Saya Indonesia ! Selera Nusantara. Biarlah uang yang saya keluarkan untuk konsumsi harian saya masuk menjadi keuntungan bangsa sendiri, tidak dibawa keluar dari Indonesia, apalagi menjadi sebagian dari dana pembelian senjata untuk menyerang Palestine.

Tuesday, November 26, 2019

Belajar Baca Secepat Kilat

Pernah liat koleksi buku punya teman (atau anda sendiri) yang menumpuk banyak? Pertanyaan kita selalu sama: Emang buku sebanyak itu semua dibaca?

Mungkin anda (dan saya) tertawa teringat tumpukan buku yang sejak beli (entah kapan sudah lupa) sampai sekarang belum dibaca, bahkan belum dilepas plastiknya. Lebih konyol lagi kita beli buku baru yang bagus, dan ternyata kita pernah membelinya dan belum pernah dibaca sejak dibeli. Mari kita tertawa bersama untuk kekonyolan kita wkwkwkwk

Tapi ternyata banyak sekali orang yang memiliki tumpukan buku dan sudah membacanya semua. Mereka bisa membaca secara cepat, entah itu metode speed reading, quantum reading , bahkan yang "serem" adalah scan reading, dimana halaman buku tersebut cukup dilihat begitu saja.

Para normies saja sudah merasa bahwa itu tidak mungkin, kalau pun mungkin itu hanya dimiliki oleh orang-orang berbakat khusus, bahkan anugrah khusus. Apalagi saya yang berada di sisi sebaliknya? Seorang dyslexia yang mengalami learning disorder, baca "wajah" saja bisa keliru menjadi "wajan" atau tulisan yang tiba-tiba terlihat gerak-gerak sendiri bahkan beterbangan.

Kabar baiknya, alasan "dyslexia" atau "tidak cukup cerdas" atau "bukan genius" itu hanyalah mental gap. Bagaimana pun juga, otak itu adalah otot, tepatnya otot neuron. Dan sifat otot adalah semakin dilatih semakin kuat. Hanya saja latihan yang asal latihan dengan latihan dengan metode, apalagi didampingi mentor, tentu hasilnya akan berbeda. Metode yang tepat dan mentor yang baik akan menjadi katalis pada perubahan anda.

Itulah sebabnya, dulu saya mempelajari metode quantum reading dari buku. Lumayanlah kecepatan saya sudah cukup meningkat, namun saya perlu mentor untuk melejitkan lagi kecepatan itu.Agar saya bisa melahap semua buku koleksi saya. Seru kan kalau bisa baca buku 1 detik perhalaman?



Metode itu adalah "Bacakilat" (tanpa spasi) yang dikembangkan oleh pak Agus Setiawan, yang saat ini sudah update sampai seri 3.0. Sebenarnya bukan baru sekali ini pak Agus dengan seminar Bacakilat nya di Balikpapan. Namun setiap kali ada, saya selalu berhalangan untuk ikut.

Akhirnya tanggal 24 hari minggu lalu saya bisa mengikuti seminarnya. banyak hal yang menarik dalam seminat tersebut. Diantaranya kita disadarkan bahwa sebenarnya kita bukan "tidak punya waktu untuk membaca" tetapi memang tidak meluangkan waktu untuk membaca. Bukan pula buku yang kita beli "terlalu berat" isinya, tetapi memang isinya bukan yang kita perlukan.

Belum lagi hambatan atas pendapat yang salah tentang membaca buku. Seperti membaca buku berarti harus memahami seluruh isinya. Padahal seharusnya kita hanya perlu memahami yang kita perlukan saja. Tidak harus semua yang disajikan oleh penulis. Jadi kita cukup memahami 100% dari tujuan kita membaca, bukan 100% yang disampaikan penulis. Selain itu sebagian besar buku sebenarnya hanya memiliki bagian kecil berupa inti, yang sebagian besar adalah ulasan atau hal-hal lain yang bisa kita baikan. Hanya buku novel yang harus dibaca dari awal sampai akhir, itu pun masih ada yg suka curang membaca bab akhir terlebih dahulu.

Selai itu agar lebih cepat membacaya, kita juga harus sudah mengetahui gambaran tentang isi buku tersebut. Caranya dengan membaca cover muka dan belakang buku tersebut, membaca pengantarnya, dan membaca daftar isi buku tersebut. Jadi saat membaca kita sudah paham buku ini maksudnya ke mana. Selain itu metode ini juga kita lakukan di toko buku sebelum kita memutuskan untuk membeli agar kita tidak membeli buku yang sebenarnya tidak kita inginkan.

Selama ini sebagian besar orang membaca hanya dengan menggunakan alam sadarnya. Ternyata untuk membaca lebih cepat (dan tahan lama) kita juga harus menggunakan alam bawah sadar kita. Hmmm jadi ini yang menjelaskan kenapa kita bisa membaca dengan cepat dan bertahan sampai selesai ketika kita berhadapan dengan novel yang menarik hati. Ya karena kita tidak hanya membaca dengan alam sadar, tetapi juga alam bawah sadar.

Selain itu kita juga diajarkan mengksesalam bawah sadar itu, mencapai "kondisi jenius" agar kita bisa menggunakan otak kita lebih optimal. Meningkatkan IQ kita sampai 10 poin. Ketika sampai bagian ini, saya teringat pada istilah "flow season" entah dari buku Quantum Reading atau "Kecerdasan emosi" Para atlit dunia sering menceritakan bahwa ketika mereka memecah rekor, semua seperti mengalir begitu saja dan mereka merasakannya seperti "slow motion" Para jenius atau seniman pun mengatakan hal yang sama. Dan lagi-lagi kemampuan ini tidak bisa dipelajari dengan cepat, perlu latihan dan konsisten.

Pak Agus Setiawan juga menjelaskan bagaimana pikiran kita sering terganggu saat membaca. Tiba-tiba ingat ini itu, atau hal-hal lain. Maka kita juga harus melatih focus kita agar tidak terganggu. Maka kita pun diberi tips dan latihan konsntrasi dengan membayangkan meletakkan apel diatas kepala kita dan menjaganya supaya tidak mudah jatuh.

Kita juga harus memprioritaskan kegiatan membaca kita, sehingga waktu kita justru tidak tersita untuk hal-hal lain seperti main game atau sosial media. Beliau mengingatkan kami tentang batu besar, batu sedang, dan batu kecil. Untuk bisa memasukkan semua itu ke dalam ember, kita harus memasukkan atu besar terlebih dahulu, dan batu besar itu adalah: Ibadah, Keluarga, Belajar, Olah raga / menjaga kesehatan.

Tentu perlu latihan tersendiri yang dibimbing oleh mentor agar kita bisa mempraktekkan dengan baik metode bacakilat ini.Dan untuk itu kita perlu menginvestasikan waktu dan biaya tersendiri. Awalnya saya ragu untuk ikut, apa bisa seorang dyslexia seperti saya mengikuti pelatihan ini. Jadi ku putuskan untuk bertanya terlebih dahulu secara personal. Kata pak Agus, metode ini bisa membantu para dyslexia, jadi saya putuskan untuk bergabung di workshop nya.



Was-was saya tentang dyslexia saya berubah ketika pak Agus kembali memberikan materi tentang "dyslexia gift" Ternyata kegiatan membaca ala dyslexia juga bisa dimanfaatkan untuk membaca dengan lebih cepat. Saya tidak tau apa metode yang diadopsi oleh pak Agus ini dibuat oleh orang yang dyslexia sungguhan atau tidak.

Jadi gini, kaum dyslexia seperti kami ini sering membaca dgn cara seperti "menebak" Saya ingat dulu salah satu saya berkata kepada ibu saya,"Anak ibu ini tidak membaca tulisan, tetapi menebak tulisan"

Tidaklah heran jika kaum dyslexia seperti kami bisa membaca tulisan orang yang sangat berantakan yang orang lain sulit untuk membaca. Karena kami "menebaknya" Kadang saya berfikir, penemu metode "tulisan resep dokter" itu juga orang dyslexia wkwkwkwk.


Bailklah pak Agus telah membuka kembali cakrawala pengetahuan dan pemahaman ku. Saya sudah tidak sabar lagi ingin bertemu di sesi workshop nya tanggal 8 Desember ini.

Wednesday, November 20, 2019

Belajar Menjadi "Unbilievable Deal Maker" Bareng Komunitas Sales Indonesia KOMISI

Sorry ya, ini late post tentang kegiatan yang ku datangi hari sabtu lalu. Ceritanya berkat post ku sebelumnya aku mendapat free pass untuk ikut acara ulang tahun Komunitas Sales Indonesia (Komisi) ke 8 di Hotel Jatra BSB, yang tidak jauh dari kantorku.

Jujur saya masih blank soal KOMISI itu apa. Ternyata ini adalah komunitas para sales di Indonesia, tempat mereka saling berkomunikasi dan sharing ilmu dan motivasi.Acara ini bertajuk "BUILDER: Be An Unbilievable Deal Maker"

Pembukaan Acara
Saya datang terlambat, karena saya pikir acara jam 1 itu adalah registrasinya, dan saya agak males antri dan berdesak-desakan makanya saya datang sudah hampir jam setengah 2 berharap tempat registrasinya sudah longgar. Eh ternyata saat saya datang sudah di mulai, meski baru sambutan-sambutan.



Pemateri pertama adalah pak Dedy Budiman. Boleh dibilang beliau adalah "motivator sales" Seperti para motivator lain, beliau membawakan game-game yang seru. Saya yang sudah lama tidak berada di dunia sales harus susah-payah tune in dulu agar bisa memahami training ini.

Aku suka sekali sama jargonnya: "Orang sales tidak akan pernah digantikan teknologi. Tapi orang sales yang tidak menggunakan teknologi akan digantikan sales yang menggunakan teknologi."

Mejeng Bareng pak Dedy Budiman, yang penting komisi cair


Pemateri ke dua pak James Gwee. Saya sering mendengar acara beliau di radio. Keren memang orangnya, sangat menginspirasi. Beberapa point yang saya catat dari materinya adalah:

"Jika kamu tidak bisa konsisten, kamu tidak bisa menjadi siapa pun"

Yang ini kena banget deh. Banyak yang bilang saya ini multi talenta, memiliki banyak bakat. Sayangnya saya tidak memiliki konsistensi. Salah satunya ya blog inim tidak konsisten update nya. Akibatnya tidak ada satu pun bakat saya yang membawa perubahan dalam hidup saya. Kalau ada skill baru yang harus saya pelajari sepertinya ya telaten ini.

"Adil itu ketika semua orang mendapatkan hal yang sama, tapi win-win itu ketika semua orang bisa mendapatkan apa yang ia butuhkan"

Dikisahkan ada seorang tua memiliki sebuah jeruk, dan dia harus membagikannya kepada 2 orang anaknya. Apa yang harus dilakukan? Kebanyakan peserta menjawab dengan jawaban adil. Ada yg langsung memotong menjadi 2 jeruk itu. Ada yang menghitung berapa slice jeruk itu dibagi 2. Ada yang memerasnya kemudian membaginya menjadi 2 gelas yang sama.

Semua jawaban itu benar, tetapi itu adalah jawaban "adil" bukan win-win solution. Bagai mana jika hanya satu yang suka jeruk sementara yang lainnya tidak? Bagai mana kalau yang satu lebih memerlukan kulitnya untuk project handy craft sekolahnya? Atau mungkin memerlukan biji jeruk itu untuk project kelas biologinya? Tentu pembagian cara adil seperti itu tidak memenuhi kriteria win-win.

Bapak James Gwee
 
"Orang yang tidak bisa menjual dirinya tidak akan bisa menjual apa pun"

Di Indonesia kata "menjual diri" berkonotasi negatif. Makanya orang Indonesia rata-rata tidak mau jadi sales. Padahal yang dimaksud menjual diri di sini adalah membuat orang menyukai dan hormat kepada anda. Karena orang hanya akan mengikuti orang yang ia suai dan ia hormati.

"People who like you will listen to you, but if they trush you they will do business with you"

Orang yang menyukai mu akan mendengarkan mu, tetapi orang yang mempercayai mu akan berbisnis dengan mu. Bagi yang hidupnya di dunia marketing and sales pasti tau, banyak sekali hot prospek / follow up yang berbulan-bulan sering di temui tapi tidak closing juga.Padahal nasabah itu sudah tampak akrap, tapi tidak closing juga. Kenapa? karena marketing sales nya gagal mendapatkan kepercayaan client tersebut.


People buy only for 2 reason, to feel good or to avoid pain

Orang membeli karena 2 alasan, merasa baik atau mencegah penyesalan.Marketing / sales bisa membuat orang memutuskan membeli karena 2 alasan, pertama meyakinkan client dia akan diuntungkan jika closing, atau sebaliknya dia akan kehilangan peluang jika menolak closing.

Pada prospek yang baik, selesai prospek yang belum mencapai kesepakatan, maka seharusnya yang galau itu bukan marketing sales nya, melainkan client nya.Jadi bukan marketing yang bingung bagaimana kelanjutannya agar client itu closing, melainkan client yang galau, mau closing tidak ya? Kalau closing nanti dapat keuntungan ini, kalau tidak nanti kehilangan keuntungan itu. Kalau istilahnya para kolektor: mending nyesel beli daripada nyesel tidak beli.

Kalau dijabarkan alasan sebenarnya coba saya jelasakn dengan bahasa saya di bawah. Dengan contoh-contoh dari saya sendiri agar lebih enak menceritakannya.

Profit 
Penekanannya pada "timing buy on low, sell on profit". Kalau orang properti bilang munpung masih murah, tidak lama lagi harga naik. Orang pilang juga akan mengatakan: munpung masih murah, saham ini sedang dalam trend bulish (naik), nanti bapak bisa take profit diharga tinggi, jangan sampai terlambat.

Pleasure
Plesure atau kesenangan. Saya artikan bawa orang membeli sesuatu untuk kesenangan saja, lepas dari fungsinya yang mungkin tidak diperlukan oleh pembeli. Mungkin ini cocok untuk para khilafer / kolektor tertentu yang membeli bukan karena perlu, tapi pingin.


Pride
Kebanggaan, atau tidak mau kalah. James Gwee bercerita tentang temannya yang memiliki 2 buah jet sky, padahal teman tersebut tidak menyukai laut. Dia membeli hanya karena tidak mau kalah bahwa ada temannya yang memiliki jetsky sementara dia tidak.
Terbayang dalam pikiran saya tentang istri-istri orang kaya yang membeli tas Hermes yang harganya bisa untuk membeli rumah besar. Buat apa coba? Kalau orang seperti saya ya mending beli properti.


Peace of mind
Ketenangan pikiran, banyak dijual oleh sales alat-alat kesehatan. Seperti alat pengubah air minum agar menjadi lebih sehat, seperti pengaturan pH. Membeli proteksi pada agen asuransi, atau hal-hal lain yang membuat seseorang merasa lebih tenang jika deal atas penawaran itu


Pain Avoid
"Mencegah rasa sakit" ini bukan hanya tentang sakit secara fisik, tetapi juga penyesalan dikemudian hari. Pain Avoid bisa berarti "beli aja deh dari pada nyesel" Misalnya membeli alat yang mahal karena yakin akan kualitasnya, dan garansinyayang bagus.

Masih ada satu poin lagi dalam catatan saya yang ingin saya bagikan:

"You need INFORMATION before you can negotiate decide effectively"

Untuk negosiasi yang efektif, seorang negosiator tentu harus memiliki informasi yang lengkap, tentang apa yang akan dinegosiasikan, dan siapa lawan negosiasinya. Seperti sekelompok pasukan khusus yang bergerak efektif karena telah memiliki peta perang, dan mengetahui kekuatan lawan. Tanpa itu semua ya negosiasi tidak akan berjalan efektif.

Sebuah negosiasi berhasil jika bukan sales / marketing yang prospek galau setelah selesai (cliant ini closing tidak ya?). Tetapi justru Client yang galau, mau deal tapi ...., kalau tidak deal nanti .... hingga tinggal push agar client tersebut untuk closing.

Ok, sementara itu dulu. Artikel ini sudah terlalu panjang. Next kalau ada waktu (dan mood) saya akan tulis lagi tentang "Deal Maker" atau teori-teori teknik komunikasi yang bisa membuat hidup kita menjadi lebih baik.

Jika ternyata pemahaman saya atas materi di acara tersebut salah, tolong ditulis di kolom komentar ya, biar kita bisa saling belajar.

Salam Sukses Luar Biasa !!!

Thursday, November 14, 2019

Kerjaan Enak dan Banyak Duitnya, Tapi ditolak banyak orang: Marketing & Sales

Saat ini pengangguran di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, namun ada satu lowongan pekerjaan yang buka terus. Aneh ya kok tidak pernah penuh lowongan itu? Padahal pengangguran di Indonesia kan tinggi? Karena pekerjaan itu adalah MARKETING & SALES

Jangankan menerima pekerjaan itu, membayangkan saja sudah seperti mengalami alergi, atau seperti diingatkan pada pengalaman traumatik di masa lalu. Perut terasa mual-mual menunjukkan penolakan, bahkan ditawari kerjaan itu saja bisa sampai marah-marah.

Awalnya, saya yang introvert ini pun memiliki penolakan yang sama atas jenis pekerjaan ini. Mungkin orang-orang yang mengenal saya saat ini tertawa mendengar pengakuan saya bahwa saya ini introvert. Tapi jujur sesungguhnya saya ini adalah seorang introvert, pekerjaan saya lah yang membuat saya menjadi extrovert dan gen-gen sanguin saya bangkit.

Sebenarnya apa salah marketing & sales?

TIDAK ADA!!! Yang ada adalah image negatif dan salah pada dunia marketing & sales, yang identik pada sales door to door. Hayo mengaku saja, begitu dengar kata marketing & sales, yang terbayang adalah sales door to door yang mengetuk pintu ke pintu menawarkan barang. Mengaku rekanan BUMN atau apalah, bilang survey ujung-ujungnya jualan bahkan memaksa beli. 

Tidak heran ketika ditawari pekerjaan Marketing & sales, kebanyakan orang selalu menolak. Alasan verbalnya mungkin "tidak bisa jualan" atau "aku orangnya pemalu" atau "tidak punya kendaraan" dan lain-lain. Padahalbisa jadi alasan sebenarnya ada di dalam benaknya: Ngapain jadi marketing? Gengsi!

Bahkan teman-teman yang akhirnya bekerja sebagai marketing & sales pun banyak yang menyembunyikan pekerjaannya. Alasannya selalu sama: MALU. Kenapa? karena pekerjaan itu selalu menjadi sasaran bullying dari teman-teman yang lain. 

Padahal pekerjaan Marketing & Sales bukanlah pekerjaan yang memalukan, bahkan bisa tergolong yang membanggakan. Salah satu teman yang sekolah SMK jurusan marketing pernah cerita tentang gurunya. Katanya guru tersebut pernah menyemangati anak-anak didiknya dengan sebuah argumen,"Anak boga bisa memasak masakan enak, anak busana bisa mejahit baju bagus, anak TKJ bisa membangun jaringan komputer yang canggih, anak grafika bisa membuat grafis yang indah, anak mesin bisa merakit mesin yang kuat, sebutkan saja semua jurusan dan karya-karyanya. Semua akan menjadi sia-sia jika tidak ada yang bisa menjualnya. Dan siapa yang menjual? Marketing! Tanpa marketing yang handal usaha apa pun akan mati."

Indahnya Dunia Marketing and Sales
Beda Marketing dan Sales

Sebelum saya lanjutkan, saya ingin meluruskan terlebih dahulu salah kaprah tentang Marketing & Sales. Orang sering menganggap marketing itu ya sales. Padahal sebenarnya kedua kata ini bukan sebuah sinonim, mereka memiliki makna yang berbeda.

Sales atau menjual, lebih menitik beratkan pada penjualan. Penghasilannya berdasarkan presentase nilai penjualan mereka. Tak heran jika apa pun dilakukan sales agar dagangannya laku, sampai kadang mengaku rekanan BUMN yang datang untuk survey tapi ujung-ujungnya maksa beli barang jualannya. Ya kalau jualannya menggunakan aksi tipu-tipu mana bisa hasilnya berkah? Kalau jualannya berharga rendah mana bisa banyak komisinya?

Berbeda dengan sales otomotif, property atau aset-aset lain yang nilainya tinggi, tentu hasilnya tinggi pula. Saya tidak tau persis berapa persentase komisi penjualan properti. Info yang saya dapat untuk penjualan senilai 500 juta - 3 milyar seorang agen properti bisa menerima komisi 1,5%-2,5%. Jika seorang sales berhasil menjual unit properti senilai 500 juta, lalu anggap saja dia mendapat komisi 2% maka dia  mendapat 10 Juta! kalau dia bisa menjual 5 unit dalam sebulan? Kalikan saja dengan 5 menjadi 50 juta! Fantastis bukan? Tentu saja cara penjualan barang-barang dengan nominal besar tidak bisa dengan cara sales, harus dengan pendekatan marketing.Mengapa? Kerna kebanyakan orang tidak akan mengambil keputusan sesaat untuk membeli sesuatu yang nilainya besar, apalagi sampai ratusan juta hingga milyar.

Apa itu marketing? Marketing adalah suatu kegiatan yang membuat seseorang yang tadinya tidak mau menjadi mau. Dan ini tidak melulu tentang penjualan. Misalnya timses pilkada, tugasnya adalah membuat warga mau memilih calon yang mereka dukung, artinya ini juga marketing. Seorang relawan yang mensosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan sungai, itu juga marketing yang membuat warga yang awalnya tidak peduli dengan kebersihan sungai jadi mau menjaga kebersihan sungai.

Pada dasarnya kita semua terlahir dari marketing, karena dari bayi kita sudah melakukan upaya agar orang lain mau mengerjakan sesuatu untuk kita. Seorang bayi menangis agar diteteki ibunya. Seorang anak kecil bisa menangis keras-keras agar orang tuanya mau membelikan mainan yang dia inginkan. Seorang remaja putri pasang status "Panas-panas begini enaknya makan sop buah" adalah upaya marketing agar ada pemuda yang membelikan dia sop buah.

Tanpa kemampuan marketing, sungguh sengsara hidup kita, karena kita tidak bisa mengoptimalkan segala sesuatu yang ada disekitar kita untuk mencapai tujuan kita. Dan orang yang sukses didunia ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan marketing. Karena dengan kemampuan marketingnya, orang-orang akan membantu dia mencapai tujuannya.

Marketing & Sales sejati akan sangat bangga dengan pekerjaannya. Mereka biasa menyebut dirinya Marketer atau Sales People.

Penghasilan Marekting & Sales Yang Tak Terbatas

Marketing sales memiliki penghasilan yang tidak ada batasnya. Berapa pun yang dia jual, dihitung komisi yang dia terima. idak seperti pekerjaan yang sifatnya adnimistrasi atau teknisi, hasilnya hanya sebatas gaji pokok dan lembur yang tidak banyak. Itu kalau bisa jualan, kalau tidak? Yang berlatih dan belajar dong! eh, maaf jawaban itu yang selalu saya sampaikan agar teman-teman saya mau berusaha berkembang, tidak hanya berkutat pada ketrampilannya. Ingat: manusia berusaha Tuhan yang menentukan.

Ada 2 kondisi penghasilan marketing dan sales. Yang pertama ada gaji pokok, namun umumnya kecil. Jadi kalau tidak ada penjualan atau closing bulan itu masih bisa terima gaji,tapi umumnya hanya bersifat uang makan / transport / kehadiran. Jika dalam batas tertentu (misalnya 3 bulan) tidak mencapai target atau bahkan tidak ada penjualan sama sekali, maka akan mendapat pemutusan hubungan kerja, karena anda hanya akan menjadi benalu di perusahaan itu.

Yang kedua adalah no target no pay.Artinya anda hanya dibayar sesuai dengan hasil kerja anda. Tidak ada hasil ya tidak dibayar. Tapi biasanya komisi yang dihasilkan perusahaan ini sangat besar. Misalnya pada perusahaan Pialang Berjangka.Seorang Markting Pialang Berjangka, jika tidak memiliki nasabah ya tidak komisian.

Jadi kalau tiap bulan tidak closing tidak bisa gajian tiap bulan?

Tidak seperti itu, karena type Marketing di perusahaan Pialang berbeda dengan marketing pada umumnya. Marketing Pialang berjangka bukan sales. Mereka tidak menjual apa pun, melainkan menawarkan "alat transaksi" yang menghubungkan nasabah dengan bursa tempat terjadinya jual dan beli. Komisi yang didapatkan bukan dihitung atas seberapa closing yang dihasilkan oleh seorang marketing, melainkan berapa lot (unit) transaksi yang dilakukan nasabahnya.

Misalnya ketika seorang Marketing berhasil mengajak seorang nasabah bergabung dengan mendepositkan modal sebesar 500 juta, komisi marketing tidak dihitung degan persentase dari 500 juta tersebut, melainkan berapa banyak transaksi yang dilakukan nasabah dengan deposit sebesar itu. Misalnya saya estimasikan nasabah tersebut bertransaksi 300 unit lot, maka yang dihitung adalah 300 unit lot tersebut dikalikan komisi 1 unit lot. Komisi per unit lot nya berbeda tergantung jumlah unit lot yang ditransaksikan nasabah, semakin banyak unit lot nya semakin besar nilai komisi pengkali nya. Jumlahnya berbeda-beda untuk setiap pialang. Misalnya Marketing tersebut mendapat komisi sebesar 200 ribu setiap lot dikali 300 lot  hasilnya 60 juta rupiah, belum ditambah allowance dan bounty yang dia terima. Besar bukan? Tidak usah bingung menghitung pajaknya, sudah dipotong langsung dan ditransfer sesuai NPWP anda.

Beda gaya hidup Marketing Sales

Gaya hidup marketing dan sales berbeda dengan kaum pekerja pada umumnya. Kamu pekerja akan menyesuaikan pengeluaran dengan penghasilan mereka, kalau harus membeli barang yang harganya di luar jangkauan gaji mereka, ya terpaksa kredit sehingga harus membayar lebih tinggi.

Yulia, Marketing PT Kontakperkasa Futures Balikpapan dengan motor barunya yang dibeli tunai.
Sebaliknya para marketing & sales akan berusaha menyesuaikan penghasilan mereka agar dapat menutup pengeluaran bukan hanya untuk hidup mereka, tetapi gaya hidup mereka. Jangan heran jika mereka terbiasa menggunakan gadget flagship dan menikmati hidup di tempat-tempat mahal, karena mereka bisa menyiapkan uang untuk itu.


Jika marketer dan sales people menginginkan sesuatu yang mahal, mereka akan membuat rencana. Berapa jumlah komisi yang ia perlukan untuk membelinya? Bagai mana caranya untuk mencapainya? Lalu mereka akan eksekusi rencana tersebut tanpa takut gagal, bagi mereka berusaha dan gagal itu lebih baik daripada sekedar mengikuti arus terbawa ke arah yang tidak mereka inginkan. Gagal ya usaha lagi, gitu saja kok repot.

Teringat saya pada sebuah kejadian yang saya temui ketika saya menikmati me time di sebuah mall. Saat itu sedang ada restoran jepang yang baru di buka. Di depan tempat saya duduk bertemulah 2 orang yang sepertinya sudah lama kenal. Dan basa-basinya adalah:

orang I     : "Kerja di mana kamu sekarang?"
orang II    : "Di PT. ....., jadi marketing"
Orang I    : "Kasiannya kamu jadi marketing, ada gaji pokoknya tidak?"
Orang II   : "Tidak ada. Aku cuma mengandalkan komisi dan bonus"
Orang I    : "Kok mau sih kamu kerja tidak ada gajinya. Mendingan kayak aku ini, jadi admin, sudah        pasti tiap bulan dapat UMK. Tidak pusing dikejar target"
Orang II   :   "Jadi kamu udah ada gaji pokok ya? Kebetulan nih, aku mau ke restoran jepang baru              disini, kita makan di sana yuk, makan ramen atau apa gitu."
Orang I    :   "Kamu mau traktir kah?"
Orang II   :  " Bayar sendiri-sendiri lah, kamu kan punya gaji pokok"
Orang I    : "Ogah, biar lagi promo opening mahal tau. Kalau makan disana nanti aku makan mie                  instan sampai gajian!"
Orang II   : "Makanya jadi marketing, biar bisa sering makan ramen mahal, bukan mie instan terus!"

Saya hampir tertawa mendengar itu, jadi saya putuskan menjauh takut ketauan kalau sedang mencuri dengar. Entah apa yang terjadi dengan mereka berdua setelah itu. Mungkin akan ada drama di medsos mereka, dan berakhir dengan unfriend.

Bisa jadi anda akan menganggap si Marketing itu sombong, tapi menurut saya si admin lah yang sombong dan meremehkan pekerjaan marketing. Padahal si marketing menikmati pekerjaannya dan penghasilannya melebihi si admin.

Jessy, Sales Executive Hotel Platinum Balikpapan

Gaya hidup marketing itu indah, penghasilan yang tak terbatas, tempat dan jam kerja yang flexible. Berbeda dengan para pekerja umumnya yang hanya berharap gaji pokok dan lemburan, dan kalau bossnya baik ada bonus jika perusahaannya meraih laba yang tinggi. Jam kerja pegawai pada umumnya juga sudah ditentukan, masuk jam berapa sampai jam berapa, shift nya bagaimana.

Lingkungan kerja para pekerja pun umumnya terbatas dengan segala konsekuensi dan risiko di dalamnya. Seperti  buruh bekerja di pabrik yang berisik penuh debu dan terpapar bahan kimia, atau admin yang bekerja di ruang sempti kubikon nya, teknisi di workshop dengan perlengkapan alat pelindung diri nya untuk keselamatan. Tapi para marketing bekerja bebas di mana saja. Bisa di mall, cafe, taman, dan di mana saja mereka bisa bertemu client mereka. Sambil ngopi yang bukan kopi sasetan, sambil minum teh yang bukan teh celup, makan ramen  bukan mie instan.

Masih mau Bullying Marketing?






Saturday, November 2, 2019

Perayaan Hari Bloger Nasional 2019 di Rooftop Balikpapan Hotel Platinum

Tau tidak kalau tanggal 27 Oktober adalah hari bloger nasional? Tahun ini sudah yang ke 12 lho! Jadi hari bloger nasional ini pertama kali dirayakan pada tahun 2007, memang tahun 2000an sedang ngetop-ngetopnya Blog, saat itu belum ada Sosial Media. Baru di pertengahan 2000an muncul  Friendster (aku lupa tahunnya). Tapi social media ini tidak mensupport blog seperti “catatan” di Facebook, dan tidak ada cuitan-cuitan yang seleluasa tweeter. Jadi ya kurang ngetop. Dan para tukang “ngoceh” dan curhat mencurahkan isi otak dan hatinya ke media online saat itu yaitu Blog.

Pada masa itu memang sedang terjadi perubahan dalam konsep privasi. Dulu orang lebih suka menyimpan keluh kesahnya, harapan-harapannya, perasaan-perasaannya, dan apa pun yang ada dalam pikirannya. Beberapa orang menuliskannya dalam buku harian, yang dia simpan rapat-rapat, bahkan dikunci agar orang lain tidak bisa membacanya. Bisa malu atau marah besar jika ada orang lain yang membaca buku hariannya. Lalu tiba-tiba orang lebih suka mengumumkannya ke dunia, melalui blog, dan sekarang banyak beralih social media.

Tahun-tahun itu aku juga punya Blog, tapi ya itu … terlupakan …… Demikian juga blog-blog ku berikutnya, banyak yang terlupakan atau minimal sering ditinggal pergi seperti yang ini. Iya yang ini. Makanya aku agak malu-malu waktu diajak masuk group WA Blogger Balikpapan, apalagi diajak gathering. Merasa tidak layak gitu.

Makanya waktu di group ada pembicaraan gathering untuk merayakan hari bloger nasional, aku tidak terlalu menyimak. Tapi begitu Mas Bambang kasih clue kalau lokasi gatering ada di rooftop … cerita jadi lain. Langsung menyimak terus perkembangannya. Dan begitu tau yang dimaksud rooftop itu ada di Hotel Platinum, Fix aku ikut. Berharap dapat sun set yang indah dari tempat paling tinggi di ujung kota Balikpapan.

Singkat cerita hari minggu jam 1 siang aku mulai siap-siap. Sempat kesal karena ternyata gimbal stabilizer ku tidak ada, mungkin ku tinggal di kantor. Tapi ga papa lah, ada hp yang kameranya sudah ada stabilizernya. Batre HP, Kamera, dan Power Bank sudah terisi semua, saatnya pesan ojol untuk ke lokasi tujuan.

Sampai di tujuan ternyata sudah banyak anggotayang datang, kebanyakan emak-emak. Mereka sibuk betul bikin foto dan video untuk insta story dan mungkin juga untuk vlog. Aku lebih memilih duduk menunggu bersama Rani, bloger yang suka bawa boneka kucing ke mana-mana.

Penyambutan dari pihak hotel sangat ramah dan bersahabat, kami segera diarahkan menuju ke lantai 11, level tertinggi di Hotel ini, di president sweet. Beneran President lho, karena saat President Jokowi ke Balikpapan, beliau menginap di sana. Kami tidak langsung ke Roof top, masih terlalu panas.


Keren kan pemandangannya? Ini ceritanya tukang foto minta di foto

Salah satu kamar di sana dicustom menjadi ruang mushola tempat kami sholat ashar dan maghrib nantinya. Usai sholat Ashar Acara pertama dimulai dengan Hotel Tour. Cerita tentang hotelnya nanti aja ya, di blog berikutnya. Aku mau cerita acara Hari Bloger Nasional dulu. Tapi kalua sudah tidak sabar kalian bisa kunjungi ke situsnya di http://www.platinumhotelindonesia.com/

Selesai Hotel Tour kami kembali ke lantai 11. Ternyata tamu Undangan sudah hadir, beliau adalah ibu ketua Dekranasda Kota Balikpapan ibu Arita Rizal Effendy. Dari Namanya tau kan kalua beliau adalah istri dari Bapak Rizal Effendi walikota Balikpapan. Ada juga bapak Sutadi Sanyoto Kepala Diskominfo Kota Balikpapan.

Acara di mulai setelah sholat maghrib, saat rooftop sudah cukup nyaman dan pemandangan indah sekali. Memang sih tidak ada sunset yang indah apalagi senja memerah yang kami harapkan, tapi cuaca yang cerah tetap memberikan keindahan tersendiri. Keindahan yang membuat insting photographer ku terusik untuk memanfaatkan teman Bloger ku sebagai model dadakan.

Mbak Olivwijaya, Beauty Blogger Balikpapan yang kujadikan model di Rooftop Balikpapan


Lalu acara pun di mulai. Tidak perlu aku tulis urutannya ya, yang jelas ada sambutan dari Mas Bambang selaku ketua Blogger Balikpapan. Lalu sambutan dari tuan rumah dalam hal ini diwakili oleh Asisten Director of sales Platinum Balikpapan Hotel selaku tuan rumah.

Ibu Arita Rizal Effendy dalam sambutannya menyampaikan banyak hal tentang industry kreatif di Balikpapan. Beliau sangat menyayangkan di kancah International Kota Balikpapan tidak cukup dikenal sehingga kerajinan yang beliau promosikan sering kali disebut sebagai “Borneo” bukan “Balikpapan” padahal Balikpapan pernah menjadi kota yang paling dicintai di dunia dan sekarang menjadi salah satu kota yang paling layak huni.

Bapak Sunyoto selaku Kepala Diskominfo juga menyampaikan banyak hal tentang industry kreatif berbasis informasi di Balikpapan. Termasuk harapan-harapan atas Blogger Balikpapan. Ternyata banyak keunggulan dan keunikan yang belum di eksplor dan dimunculkan ke dunia maya.

Dan sampailah pada acara utamanya yaitu Foto bareng  Setidaknya itu acara utama menurut MC nya, tapi bagi kita ada acara utama lain: Diner. Enak lho makanannya, apa lagi itu kan gratisan. 😉 Pingin kapan-kapan kesana lagi buat makan dan foto-foto.

Anggota Blogger Balikpapan foto bersama dengan Tamu Undangan


Saat makan malam pun kami masih asyik sharing tentang dunia informasi terutama bloger. Bagaimana bloger bisa menpromosikan potensi Balikpapan, dan membangun brand dari kota Balikpapan. Seperti Jogja yang bisa membranding dirinya dengan “Istimewa” seharusnya Balikpapan juga bisa.

Dan acara pun ditutup dengan pembagian doorprice dan teknikal meeting lomba Instagram dan blog. Maunya sih berlama-lama sedikit di situ, soalnya tempatnya indah banget, dan romantic. Tapi apa artinya tempat yang romantic bagi jomblo akud macam aku … eh kok curhat….

nih cakep kan Rooftop Balikpapan?


Bagi yang ingin gabung atau sekedar ingin tau kegiatan blogger Balikpapan, silahkan kunjungi http://www.bblogger.web.id/ Bagi Bloger Balikpapan yang belum gabung, gabung yuk! Biar tidak ketinggalan acara-acaranya, pelatihan-pelatihannya dan kegiatan-kegiatan seru lainnya. Sampai ketemu di sana !!!
 

Friday, May 24, 2019

Youtuber For Dummies (resensi buku)

Sebenarnya buku ini sudah lama, yang ku dapat ini saja sudah cetakan ke-3. Dulu sering lihat kalau ke Gramedia, tapi tidak ku beli. Alasannya karena saya merasa tidak tertarik jadi youtuber, tidak bisa ini, tidak bisa itu, tidak punya ini, tidak punya itu, ya begitu lah ....

Sebenarnya saya sudah punya chanel di you tube, tapi ya tidak pernah serius. Iseng-iseng saja. Menyimpan dokumentasi video yang ku buat. Lumayan kalau ngendap di Hardisk cepet penuh, dan tidak ada yang melihat, termasuk orang-orang yang ada di video ku juga tidak liat. Kalau di unggah di youtube kan disimpannya di sana, dan tinggal ku sharing ke orang-orang yang ada di video.

Kemudian saya bertemu teman yang sifatnya memang "kompor gas" mengajak saya untuk aktifkan lagi chanelku. Agak ragu sih, karena ku pikir nanti nasibnya seperti blog ku juga. Jadi berdebu dan penuh sarang laba-laba karena sering ditinggal, tidak pernah diutak-utik apalagi diisi. Tapi saya terlanjur masuk ke group wa vloger Indonesia. Sebagian besar membernya masih pemula sih, tapi ya namanya juga belajar bersama. Lalu aku pun ingat buku ini dan pergi ke Gramedia untuk membelinya.



Dedy Corbuzer menulis ini dengan gaya tutur, dan gambar sehingga lebih mirip buku komik daripada tutorial. Gaya tulisan Dedy membuat buku ini memiliki story telling tersendiri. Membacanya seolah saya sedang mendengar Dedy Corbuzer. Cerita awal muawal Youtube yang berkantor di garasi sewaan hingga menjadi besar dan akhirnya dibeli oleh Google. Entah mengapa banyak perusahaan terkenal (termasuk apple) di mulai di garasi sewaan. Apa iya saya harus menyewa garasi juga agar berhasil?

Gaya story telling membuat buku ini begitu lugas dan sederhana. Jadi cocok saja dengan judulnya: Youtuber for dummies, Youtuber untuk orang bodoh. Bahasanya begitu sederhana, ringan dan renyah seperti obrolan. Jadi "orang bodoh" pun akan paham membacanya. Dan saya adalah "orang bodoh" di bidang videography dan youtube.

Jangan harap anda akan mendapat petunjuk-petunjuk teknis tentang membuat chanel di youtube dan memperoleh penghasilan di sana. Ini lebih banyak berisi tentang apa dan bagai mana youtube, istilah-istilah dalam youtube, dan yang paling penting bagi ku adalah: alogaritma you tube.

Di buku ini, Dedy Corbuzer menjelaskan jenis-jenis chanel yang ada di Youtube, bahkan rekam jejak siapa yang memulai atau apa yang memicu trend. Termasuk tentang vlog atau video blog yang menurutnya terpicu oleh film avatar, di mana tokoh utamanya setiap hari merekam laporannya dalam bentuk video.

Lama sebelum youtube terkenal, tepatnya setelah nonton film avatar, saya sudah mulai merekam diri saya sendiri. Meniru tokoh utama avatar yang setiap hari merekam laporannya. Tapi karena hanya untuk dilihat sendiri ya akhirnya bosen juga. Tokoh di avatar pun pada akhirnya mulai jarang membuat vlog nya. Jadi saya setuju kalau film itu sangat influence.

Dedy juga ngomporin kita untuk menjadi youtuber. Mematahkan mental block yang ada dalam diri setiap calon youtuber. Saya tidak punya alat yang bagus, saya tidak bisa mengedit video, saya tidak cukup ganteng / cantik untuk tampil di youtube, suara saya jelek, dll.

Tapi ini tidak seperti motivator yang cuma ngomporin ya, Dedy Corbuzer juga mengarahkan apa yang harus kita lakukan dan apa yang sebaiknya di beli. Ada juga contoh-contoh you tuber yang sudah berhasil sebagai bahan belajar.

Motivasi ini berhasil kepada saya, benar-benar influence. Sampai-sampai saya menggunakan THR saya untuk membeli perlengkapan vlog, yaitu mike agar rekaman suara saya lebih jernih gimbal stabilizer untuk hp saya (meskipun hp saya sudah ada internal stabilizer nya) harapannya video saya nanti lebih bagus lagi hasilnya.

Dedy Corbuzer memang menyampaikan alat-alat yang sebaiknya dimiliki oleh youtuber, terutama vloger. Termasuk pertimbangan budget yang dimiliki. Misalnya HP sudah cukup untuk membuat video, jika ada budget lebih beli kamera saku, lebih lagi DSLR atau Mirrorless. Tapi Dedy juga menyampaikan pendapat, jika punya uang 5 juta lebih baik beli HP daripada DSLR karena HP dengan harga 5 juta memiliki kamera yang lebih baik dari DSLR diharga yang sama. Kenyataannya memang begitu sih, tapi tidak semua orang tau kan?

Bagi yang ingin tau tetang youtube, dan yang punya keinginan jadi youtuber, buku ini cocok selai. Baik anda itu dummies atau smart karena meskipun bahasa yang digunakan sederhana, namun pengkajiannya cukup dalam. Dan meskipun dituis 16+ tapi saya pikir aman saja buat dibaca anak-anak.

Jadi apa anda ingin jadi youtuber?

Thursday, May 16, 2019

Saya dan Dyslexia

Pernah denger dyslexia? Itu lho suatu kondisi di mana seseorang mengalami learning disorder. Kalau menurut Wikipedia dyslexia adalah sebuah gangguan dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun. Ditandai dengan kesulitan belajar membaca dengan lancar dan kesulitan dalam memahami meskipun normal atau di atas rata-rata. (mungkin yang dimaksud adalah kecerdasannya).


Inilah Kisah Ku

Saya berasal dari sebuah keluarga sederhana di sebuah desa di Kabupaten Magelang. Sebenarnya kami adalah keluarga pindahan dari Jakarta. Boleh dibilang saya hanya sempat numpang lahir di Jakarta, karena waktu pindah ke Magelang saya masih bayi orok. Meskipun keluarga kami sederhana, namun kecerdasan anak-anaknya "tidak sederhana" Kata kelapa sekolah SD ku,"Anak-anaknya pak Edi (nama ayah) itu pinter-pinter, tapi yang terakhir beda. Diajari baca tulis sulit betul."

Siapa anak terakhir itu? Tak lain dan tak bukan adalah diriku sendiri. Saya mendengar kata-kata itu dari cerita kakak pertama yang tidak sengaja bertemu dengan mantan kepala sekolah SD saya. Tersinggung? Tidak, saya malah ketawa nyaris guling-guling, teringat kekonyolan-kekonyolan yang saya lakukan saat belajar membaca dan menulis.

Persis seperti yang dijelaskan Wikipedia, usia 7-8 tahun adalah saat saya masuk SD kelas 1 - 2. Nah kepala sekolah ku juga merangkap sebagai wali kelas 1 ku. Dan aku masih ingat betul guru kelas 2 ku pun mengatakan hal yang sama ke ibu saya,"Anak ragil mu susah betul diajari. Tidak seperti kakak-kakaknya."

Saat itu informasi masih sulit didapatkan, belum ada internet, telpon pun masih analog dan hanya dimiliki orang-orang tertentu. Ilmu psicology juga belum berkembang seperti sekarang. Tak ada yang tau tentang dyslexia, apa lagi menyadari disorder (gangguan) yang saya alami. Saya sendiri baru paham setelah dewasa dan mendapat info tentang dyslexia.

 Kesulitan Belajar Menulis dan Membaca

Ketika kecil saya sulit menghafal dan menuliskan huruf dan angka. Untuk menulis beberapa huruf dan angka, saya menulis dengan cara yang berbeda dengan yang lain. Misalnya angka 2 dianalogikan dengan bentuk angsa, dan saya menulis angka 5 dengan cara seperti menulis S, alih-alih membuat lengkung di bawah lalu mencoret diatasnya. Paling lucu, adalah cara saya menulis huruf a yaitu dengan analogi angsa hamil. Lah angsa kan bertelur bukan hamil? Iya betul, maksudnya saya menulis huruf a dengan membuat angsa (angka 2) lalu menambahkan perut bucit seperti orang hamil. Lucu kan?

Untuk menghafal milimeter hingga kilometer, saya harus menuliskannya dalam gambar anak tangga sebanyak 25 kali. Itu pun karena saya dihukum guru kelas karena saya tidak juga hafal urutannya. Dan ternyata cara itu sukses membuat saya hafal.

Cara ku memegang pencil pun berbeda. Aku kesulitan  meletakkan dengan tepat pencil diantara jari telunjuk dan ibu jari. Lalu aku menemukan cara baru, menjepitnya diantara jari telunjuk dan jari tengah. Tapi ya tidak boleh ketauan guru atau orang tua ku, bisa kena cubit! Sekarang sih saya sudah bisa menulis dengan pena diantara jari telunjuk dan ibu jari.

Saya menulis dengan lambat dan jelek. Semakin saya disuruh menulis cepat, semakin jelek tulisan saya. Kalau nulisnya lambat? Ya tetep jelek juga sih.

Ketika saya sudah bisa menuliskan huruf dan angka, saya pun kesulitan merangkainya menjadi kata. Saya bingung ketika belajar menulis angka sebelas itu apa iya angka 1 dijejer jadi 11? Dan sampai sekarang untuk menulis "Sabtu" saya harus melihat ke kalender untuk memastikan ejaannya beneran pakai B atau P. Saya juga menulis kata "murid" dengan "murit" huruf D diganti T. Bahkan sampai kuliah saya baru  menulis kata "akhir" dengan benar, sebelumnya saya menulisnya dengan "ahir"

Sampai sekarang saya sering salah mengeja, menulis "jadi" keliru "jagi" Banyak teman yang sering bingung dengan tulisan WA saya. Lha nulis SAMBIL tertulis SAMBAL. Sampai banyak yang bilang "typo mu parah" Ini bukan typo, ini dyslexia. Kalau typo itu salah tekan huruf yang berdekatan. Tapi ini diantara huruf D dan G ada huruf F kenapa salah tekan? Huruf A dan I malah jauh sekali, satu di jari kelingking tangan kiri satu di jari tengah tangan kanan.

Terkadang susunan huruf-huruf yang kurang dari kata, "berdekatan" jadi "berekatan" bisa juga huruf huruf yang berantakan, misalnya 'meratapi" menjadi "mareatpi" atau juga kebanyakan seperti "bersama" menjadi "berasama" semua itu terjadi begitu saja tanpa saya sadari. Sebagian dari masalah dyslexia ku masih terbawa hingga dewasa.

Tetangga ku juga cerita, dulu saya suka menuliskan nama saya di mana-mana dengan kapur tulis. Dari tembok. tiang-tiang dijalan, dan batang-batang pohon. Tapi nulisnya mirroring (terbalik seperti melihat di cermin), dari kanan ke kiri. Sebaliknya saya pernah menulis tulisan arab dari kiri ke kanan. Kacau kan?

Terkadang inilah yang terlihat di mata saya
Saat membaca pun saya sering "siwer" atau salah baca. Bukan karena saya tidak bisa mengeja, tapi karena terkadang huruf-huruf itu seperti bergerak-gerak sendiri. Dan aku harus menangkap dan merangkai buruf-huruf itu agar bisa dibaca.

Tolong dipahami, hanya karena anak dyslexia sulit belajar, bukan berarti mereka bodoh. Buktinya, Thomas Alva Edison dan Stive Jobs juga penyandang dyslexia. Artis Tom Cruise dan Dedy Corbuzer pun dyslexia. Bahkan saya pernah baca di salah satu artikel tentang dyslexia (maaf saya lupa mencatat sumbernya), 1 dari 3 pengusaha sukses di Amerika adalah penyandang dyslexia.

Kesulitan Pada Ingatan Jangka Pendek

Jika saya berkenalan dalam teman-teman baru dalam jumlah banyak (misalnya ketika masuk sekolah baru atau mengikuti training bersama orang-orang yang belum saya kenal), saya akan kesulitan mengingat nama-nama mereka. Bahkan jika saya berkenalan dengan 2 orang bersamaan, namanya bisa tertukar, misalnya antara Anwar dan Sholeh, saya bisa menyebut Anwar dengan nama Sholeh dan menyebut Sholeh dengan nama Anwar.

Bagaimana jika hanya berkenalan dengan 1 orang? Saya tetap akan kesulitan mengingat namanya keculi jika ada sesuatu yang sangat istimewa. Misalnya Nita yang punya lesung pipi di kiri tapi tidak ada di kanan. Demikian juga dengan hal-hal lain, misalnya jika saya meletakkan handphone tidak di tempat biasanya, sudah dapat dipastikan saya pasti akan kesulitan mencarinya. Tapi saya tidak seperti Dori temannya Nemo ya!

Sering kali saya bertemu orang yang langsung bersikap akrap tanpa saya tau dia itu siapa? Biasanya saya pun akan menunjukkan sikap akrap, meskipun dalam hati saya berusaha keras untuk mengingat. Bahkan ketika kami kembali berpisah, saya masih bingung: Tadi itu siapa? Yang pasti kami pernah berteman sebelumnya entah kapan dan di mana.

Dan jangan beri saya tugas atau perintah yang panjang. Sudah pasti saya akan gagal. Sampai sekarang jika ada teman atau atasan menelpon untuk meminta saya melakukan serangkaian tugas, saya akan selalu bilang, "tolong tulis di wa saja ya, biar saya ingat. Kalau cuma ngomong di telpon pasti saya lupa."

Saya pun mengalami kesulitan untuk menemukan alamat. Semua jalan terasa baru, sampai saya harus melewatinya berulang-ulang baru ingat. Jalan kerto-kertoan di dekat kampus Brawijaya Malang terasa seperti labirin bagi saya. Dan baru bisa hafal setelah saya kost di sana. Any way saya alumni Brawijaya.

Biasanya saya akan meminta teman saya menjemput saya di depan gang, karena saya pasti akan tersesat jika harus masuk gang yang bercabang-cabang. Saya sering sengaja mempir ke teman yang kost nya tidak jauh dari jalan raya hingga mudah diingat, untuk mengajaknya ke tempat teman yang kost nya di bagian dalam kerto-kertoan. Di jalan besar pun saya bisa salah belok, bersyukur sekarang ada Google Map.

Namun setelah saya hafal menjadi ingatan jangka Panjang, maka saya akan tidak mudah melupakannya. Umumnya perlu lewat berkali-kali atau ada sesuatu yang istimewa, misalnya gang rumah Ani samping pohon besar yang ada kuntilanaknya … hayah!!! Begitu kuntilanaknya berhasil diusir dan pohonnya ditebang, aku pun kesulitan mencari rumah Ani.

Kata yang tertukar/ apaxia

Ini juga bagian dari dyslexia. yaitu kata-kata yang tertukar biasanya karena mirip. Misalnya saya sering tertukar antara Asus dan Acer, padahal itu 2 merek yang berbeda tapi jualannya banyak yang sama termasuk Laptop. Saya sudah 2 kali memiliki laptop Acer dan semuanya awet. Tapi kemudian saya berteman dengan para pengguna Asus yang menyarankan saya beli Asus yang menurut mereka lebih bandel. Saya pun mulai browsing mencari jenis laptop Asus yang cocok untuk saya. Tapi ujung-ujungnya saya malah browser Acer dan membeli laptop Acer ke 3 saya. any way saya belum pernah punya laptop asus (kecuali laptop kantor dan itu tidak bisa dihitung sebagai milik saya), selain acer saya pernah memiliki compaq dan Lenovo. Sombongnya …!!!

kiriman gambar wa dari teman
Nama teman juga sering tertukar, misalnya Hamdan dan Wildan. Sampai saya harus menghafal kalau Hamdan itu yang badannya tinggi, Wildan yang kepalanya mbendol (benjol). Padahal mereka tidak kembar lho! Bayangkan bagai mana perjuangan saya untuk mengingat si kembar Nani Nina, mereka hanya beda tanda lahir di dagunya dan itu tipis saja. Lalu tiba-tiba saya bertemu salah satu dari mereka dengan dagu diperban karena jatuh dari motor, terbaksa aku bertanya,"Nina atau Nani?"


Ciri dyslexia lain juga ku miliki

Ada ciri umum dyslexia lain yang aku miliki ada di daftar ciri penderita dyslexia dalam artikel situs halo dokter. Diantaranya saya lebih lambat belajar naik sepeda dari pada anak-anak lain. Saya pun kesulitan untuk menangkap bola, akibat koordinasi mata dengan tangan yang kurang baik. Saya juga terlihat lebih lemah dibanding teman sebaya.  Sistem imun pun bermasalah, seperti mudah sekali demam,  alergi, dan gejala asma. Kesulitan belajar saya juga diperparah dengan  sulit untuk konsentrasi pada suatu hal.

Jangan anggap saya aneh ya, saya cuma Dyslexia.

bahan bacaan:
Wikipedia
https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/anak-disleksia-adalah/


Jalan-jalan Naik Bus City Tour Balikpapan

Hari Sabtu pagi, 22 Februari 2020 menjadi hari yang istimewa buat Blogger Balikpapan. Soalnya hari ini kita diberi kesempatan untuk ...