Tuesday, February 28, 2017

Fotografi dan aku

Aku suka fotografi karena aku selalu ingin membawa pulang setiap cerita dan membingkainya dalam kenangan.

Berawal dari perkenalanku dengan kamera saku yang dibawa oleh pacar kakakku. Sebuah kamera saku micro film yang tentu saja berukuran kecil hingga tidak merepotkan anak kelas 2 SD. Wkt itu kami jalan2 ke hutan pinus dan secara bergantian kami memotret, bahkan aku pun diminta memotret menggunakan kamera itu.

Kemudian Ayah mempernalkan aku dengan kamera SLR merek Fujica dengan lensa fix. Tidak seperti kamera saku, kamera ini lebih sulit digunakan karena harus melakukan focusing manual, belum lagi menghitung pengaturan speed dan appature yang tidak ku mengerti. Makanya aku tidak bisa menggunakannya. Kecuali ketika memang harus aku yang memotret, itu pun pengaturan speed dan appature dilakukan kakak atau ayahku.

Ketika aku kelas 1 SMP,  ayah ku meninggal. Foto-foto beliau bersama kami menjadi kenangan yang terabadikan. Disaat merindukannya, kami bisa membuka-buka lagi foto-fotonya.

Kelas 2 SMP, setahun setelah ayahku meninggal, kakak pertamaku menikah. Kakak laki-laki ku yg biasa menguasai kamera harus menjadi wali menggantikan alm ayahku. Meski dengan wajah ga rela, kakak ku mempercayai aku memotret semua acara akad nikah dan syukuran. Keluarga kami tidak menyewa jasa fotografer, terlalu mahal untuk perekonomian kami saat itu.
Dan ternyata hasil-hasil foto ku bagus. Memang sih ada yg gelap / under. Ya iyalah, aku motret di malam hari dengan film asa 100 speed 1/60 sementara Appature lensa ku 2.0 kurang lah cahayanya. Harusnya ibu ku membeli film asa 400, tapi itu mahal sekali.

Setelah itu aku sering dipercayai untuk momotret moment-moment keluarga kami. Bahkan papa teman ku mempercayakan kamera SLR Nikon nya untuk memotret acara traking kami.
Ketika kuliah di Universitas Brawijaya Malang, kamera peninggalan ayah ku itu ku bawa. Dan akhirnya aku selalu mendapat posisi "seksi dokumentasi" di hampir setiap kegiatan kampus.Banyak kakak kelas dan teman-teman serta kenalan meminta tolong jasaku untuk memotret penelitian mereka. Dasar aku ga pinter komersil, aku ga pernah menarik jasa. Paling aku dapat traktiran makan dari mereka.
1998 adalah titik balik segalanya. Sebelumnya dengan uang 25 ribu cukup untuk beli film isi 36 + cuci cetak, setelah reformasi untuk beli film nya saja tidak cukup. Aku pun mulai jarang memotret dan akhirnya berhenti. Tahun sekitar 2003 mulai beredar kamera saku digital. Tapi aku tidak mampu membelinya. Namun aku sempat merasakan menggunakan beberapa kamera saku digital milik teman yg dipinjamkan teman.
Sekitar tahun 2005 mulai muncul handphone dengan kamera vga. Lagi-lagi aku tidak mampu membelinya. Teknologi masih terasa mahal. Dan kamera handphone terus berkembang. 2007 aku baru bisa memiliki HP dgn kamera 1.3mp. hasil jepretan kamera ku sering ku unggah di facebook. Ternyata banyak yg suka. Lalu aku mulai upgrade ke hp kamera 5mp. Hasilnya bikin aku semakin senang memotret.

2010 aku membeli kamera saku 12 mp. Hasilnya bagus sekali, dan aku pun semakin tergila-gila dgn fotografi. Banyak yg tidak percaya hasil fotoku diambil dgn kamera saku, dipikirnya aku memotret dgn kamera DSLR. Dan racun pun semakin kuat. Terutama ketika seorang fotografer yang kutemui bilang: Dari caramu mengambil moment, menentukan anggel dan melakukan framing, kamu memiliki talenta di fotografi. Kenapa tidak membeli kamera PRO?

Tahun 2011 aku menggunakan kamera prosumer. Bentuknya mirip dengan kamera DSLR namun lensanya tidak bisa dihanti-ganti. Kamera ini cocok dengan genre fotografi kesukaanku, macro dan street.Aku ga lama dengan kamera itu. Belum setahun ganti dgn kamera DSLR Canon eos 450d yang berhasil ku beli secara 2nd. Sampai sekarang aku masih menggunakannya.

Dan fotografi telah mengubah hidupku. Membawa ku berkelana ke tempat-tenpat yg belum pernah ku datangi.  Bertemu dan berkenalan dengan orang orang-orang yang belum pernah ku temui. Pencapaian-pencapaian baru. Pokoknya banyak sekali.

Tekuni hobby positif mu, asah skill mu, dan kemudian kamu akan menemukan hal hal diluar jangkauan imajinasi mu.

Tetap semangat, dan selalu luar biasa ....

Sunday, February 26, 2017

Kisah Masa Lalu

Cerita lalu yang indah memang enak untuk dikenang. Tanpa dikenang pun seringkali akan hadir lagi dalam pikiran kita. Namun cerita lalu dgn mantan lebih sering menjadi beban daripada kenangan yang indah, terutama cerita tentang mantan terindah.

Saya justru iri dgn orang2 yg menikah tanpa pernah pacaran sebelumnya. Hati mereka masih murni dan besih, tanpa ada ukiran nama dan cerita lain, ga ada retakan atau bekas patahan.

Banyak hubungan baru yg kandas dalam genangan masa lalu. Kita bisa saja ngomong 'jgn pernah lihat kebelakang" tapi sungguh ada saatnya kita akan merindukannya.

Seringkali kita hanya bisa lupa, tanpa bisa menghapus kenangan yang ada. Meski pun kita sudah meng-ihklaskan-nya, tapi rasa rindu itu sering menyergap ditempat dan waktu yang tak terduga. Merampas seluruh emosi kita. Dan membuka lagi luka lama ....

Saturday, February 25, 2017

Sang Bangau dan Hujan

Kenangan hari minggu pagi ketika aku masih kecil. Hujan turun, aku ga bisa main ke kebun cari buah jatuh. Hanya bisa bengong melihat hujan diluar. Lalu Bapak ku mulai nenyanyi:

Sang bangau eh eh eh sang bangau, kenape ente bengang bengong aje?

Makene ane bengang bengong aje, eh sang hujan turun turun aje

Sang hujan eh eh sang hujan, kenape ente turun turun aje ...?

Makanye ane turun turun aje, eh sang kodok manggil mangil ane

Sang kodok eh eh sang kodok, kenapa ente manggil manggil hujan?

Makanye ane pangil pangil hujan, eh sang bangau mau makan ane

Sang bangau eh eh sang bangau, mau makan ane

Sang bangau eh eh sang bangau, kenape ente mau makan kodok?

Makanye ane mau makan kodok, sang kodok makanan ane ....

Pertamanya aku protes, aku bukan bangau yang mau makan kodok. Trus ayah bilang makanya jangan bengong. Begitu terus terjadi tiap hujan turun dan aku ga bisa main diluar. Sampai akhirnya aku mulai ikut beenyanyi bersama ayahku. I love you dad ... Semoga tenang di alam sana.

Wednesday, February 22, 2017

Kucing Hitam

Bagiku kucing hitam polos identik dengan sihir, terutama yang berelor panjang. Karena banyak gambar-gambar penyihir yang memelihara kucing hitam, ekor panjang. Ada juga cerita kucing hitam ekor panjang yang merupakan jelmaan seorang penyihir atau animagi.

Sampai sekarang aku masih ingin memiliki seekor kucing hitam polos berekor panjang. Pernah aku membawa seekor kucing hitam polos berekor panjang ke rumah. Tapi ternyata dia ga akur sama kucing-kucing di kompleks. Besok paginya dia udah ga ada lagi.

Waktu masih SD aku pernah memiliki seekor kucing betina berwarna hitam polos dengan ekor panjang. Boleh dibilang ini adalah kucing peliharaanku yang paling aku kenang. Bagaimana tidak? Kucing ini berbeda dengan kucing lainnya. Induknya tidak berwarna hitam polos, pejantannya ga tau aku. Maklum kucing kan termasuk binatang yang pergaulannya bebas.

Yang menjadi istimewa dari kucing ini adalah dia memiliki kebiasaan yang berbeda dengan kucing lain. Dia suka sekali duduk ditempat tinggi. Bahkan sejak kecil dia sering naik ke atap rumah, konyonya dia ga bisa turun sendiri dan berteriak ribut ketakutan. Terpaksa aku ambil tangga untuk menurunkannya.

Semakin besar dia semakin berani memanjat ke tempa tinggi. Puncaknya ketika dia mulai dewasa, dia senang sekali duduk di puncak bubungan atap. Bahkan akhirnya dia punya kebiasaan duduk di puncak bubungan atap persis gambar-gambar donging kucing sihir. Seremnya lagi, kalau malam bulan purnama, dia duduk di ujung puncak bubungan atap lalu mengeong keras dengan nada mistis. Semua orang yang mendengarnya termasuk aku langsung merinding.

Kata tetanggaku yang sudah cukup tua, "kucing mu itu kalo udah bulan purnama duduk diatas atap sambil ngeong-ngeong serem gitu. Kita jadi merinding dan takut, mungkin dia lihat ada hantu yang lewat."

Meskipun perilakunya menyeramkan, tidak ada tetangga yang merasa keberatan dengan kucingku. Tidak ada yang protes apalagi minta agar kucing itu dibuang. Yang ada mereka justru merasa kagum dengan kucingku itu. Menurut mereka kucing ku itu istimewa.

Setelah aku pelihara beberapa tahun kucing itu pergi entah kemana tak kembali. Mungkin ada yang mencuri / mengambil. Mungkin dia pergi sendiri. Konon kucing ketika menjelang ajalnya akan pergi mencari tempat tersembunyi lalu dia akan tidur disitu sampai ajalnya. Katanya dia tidak ingin tuan yang memeliharanya sedih melihat kematiannya. Entahlah

Kutukan Kebohongan

Percaya ga sih kalau kebohongan itu akan selalu membawa kutukan terhadap orang yang melakukannya? Sebagai penggemar cerita sihir, dan dari pengalamanku dibohongi (dan kadang membohongi), aku merasakan ada kutukan dalam setiap kebohongan itu sendiri:

1. Orang yang suka berbohong pada hakekatnya tidak hanya membohongi orang lain, tetapi juga dirinya sendiri dan menjebak dia untuk bersikap seperti kebohongannya.

2. Satu kebohongan akan menimbulkan kebohongan-kebohongan yang lain. Bagaimana tidak? Setiap kali berbohong, kita akan berusaha menutupinya. Dan untuk menutupi kebohongan pertama kita akan berbohong lagi, dan begitu seterusnya.

3. Orang yang sering berbohong akan memiliki kebiasaan untuk berbohong, dan kebiasaaan akan menjadi karakter. Serem ya ... karakter pembohong!

4. Setiap kebohongan akan membawa beban bagi si pembohong. Kebohongan itu seperti barbel, semakin kita bertambah kebohongan kita itu ibarat menambahkan beban ke barbel. Hanya saja orang yang biasa berlatih barbel akan mampu mengangkat barbel lebih berat lagi. Orang yang biasa berbohong akan melakukannya dengan enteng seperti seorang yang biasa berlatih dengan barbel akan mengangkat barbel dengan enteng. Bahkan ada orang yang bisa berbohong tanpa diketahui oleh lie detektor.

mungkin akan saya tambahi daftar kutukannya jika menemukan kutukan yang lain. Tetap semangat dan selalu LUAR BIASA

Tuesday, February 21, 2017

Pohon Untuk Bersedih

Seperti yang sudah aku ceritakan di postingan sebelumnya, aku adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara. Kami semua memiliki nama yang sama Laras, beda di last name saja. Untuk kakak ku yang pertama dan ke dua ada tambahan Luh di depan nama mereka sebagai anak perempuan. Mirip nama Bali ya? Kebetulan wajah mereka kata orang mirip orang bali. Tapi kami dari keluarga jawa tulen.

Selain nama, boleh dibilang kami tidak memiliki kemiripan sama sekali. Baik Fisik maupaun Sifat kami kecuali yah mungkin sifat keras kepala kami. Terutama waktu kami belum dewasa, masih anak-anak hingga remaja.

Dari ke 4 bersaudara itu, akulah yang paling berbeda. Mungkin karena aku paling kecil dengan selisih usia paling jauh. Tapi itu cukup untuk membully aku sebagai balasan saat mereka terganggu oleh ulah usilku. Paling sering aku dibully dengan dibilang "anak gagal KB" sampai "anak pungut"

Bully sebagai "anak pungut" itulah yang membuat aku sedih. Biasanya kalo udah gitu aku suka pergi. Dan salah satu tempat pelarianku adalah pohon kelengkeng besar di samping rumah. Pohonnya besar hingga aku bisa duduk di cabangnya dengan nyaman dan aman. Aku ga berani memanjat sampai tinggi. Cukup sampai di cabang yang bisa kududuki tanpa takut jatuh.

Pohon itu tumbuh diatas lerang sebuah lembah. Jadi meski aku hanya memanjat setinggi 3 meter, aku bisa melihat di kejauhan. Hamparan hijau daun selalu menenangkan hatiku. Agak jauh di sana ada pohon beringin raksasa menjulang diatas pohon-pohon lain. Bentuknya seram tidak seperti pohon beringin di perisai garuda. kata orang-orang tua, phon itu adalah itu sarang hantu dan dedemit. Tempat gendruwo dan kuntilanak berkeluarga, wewe gombel juga bersama mereka dan hantu-hantu lainnya, dan semua suka menculik anak kecil. Maka aku pun mengalihkan pandanganku ke sudut lain.

Jika langit sedang tidak berselimut awan, gunung Sumbing akan tampak berdiri anggun dikejauhan sana. Jika angin bertiup aku merasa bahagia sekali melihat dedaunan bergerak-gerak seperti gelombang air, suara gemerisik daun dan semilir anginnya membuat perasaanku lebih sejuk. Dan aku bisa duduk disitu lama sekali.

Di atas dahan itu, aku menghibur diri dengan berhayal didatangi keluarga penyihir, kadang juga peri. Mereka datang mengaku sebagai keluarga ku yang asli. Aku dititipkan ke keluarga ku yang sekarang karena keluarga ku yang asli sedang berperang dengan kaum mereka yang jahat. Peperangan sudah selesai, yang baik selalu mengalahkan yang jahat. Dan mereka datang untuk menjemputku kembali.

Kalau sudah berhayal begitu aku bisa semakin lama bertahan diatas pohon, sampai aku pernah tertidur. Dan aku baru turun setelah nenek atau ibu ku memanggil-manggil aku suruh turun. Kalau bapak ku sih ga perlu menyuruh, cukup memanggil aku saja aku langsung buru-buru turun. :D

Sebenarnya aku pingin banget punya rumah pohon seperti di cerita-cerita yang ku baca di majalah bobo. Tapi kami tidak memiliki sendiri pohon yang besar. Pohon yang kuceritakan tadi ada di pekarangan orang lain. Nenek ku pun tidak setuju kami dibuatkan rumah pohon. Nanti jatuh ....

Besar atau kecil, dijadikan rumah phon atau tidak, pohon akan selalu memberi manfaat bagi kita. Tanamlah pohon, jika tidak memiliki pekarangan atau kebun, setidaknya tanamlah pohon di pot. Niscaya anda akan merasakan manfaatnya.

Foto hanyalah ilustrasi yang ku ambil di hutan lindung sungai wain. Tetap semangat dan selalu LUAR BIASA

Anak Gagal KB

Anak Gagal KB ... kadang itu yang aku pikirkan tentang diriku. Aku anak ke 4 dari 4 bersaudara, anak laki-laki bernama Laras. Bagi banyak orang itu udah lucu,"Cowok kok namanya Laras?"
Ceritanya panjang,  kenapa anak laki-laki bernama Laras ini merasa dirinya anak gagal KB. Beneran mau baca?

Aku lahir di Pasar Minggu Jakarta Selatan. Pasar Minggu itu nama tempat ya, bukan pasar yang buka hari minggu. Yah mungkin dulu di situ ada pasar yang hanya buka di hari minggu, semacam pasar malam mingguan gitu. Aku ga tau pasti. Lagian aku cuma numpang lahir di sana.

Iya beneran, cuma numpang lahir di sana. Kata saudara yang di Jakarta, keluarga ku pindah ke Magelang ketika aku masih orok (bayi kecil). Tapi kata nenek ku aku pindah habis imunisasi yang ada di kaki kananku. Lupa itu imunisasi cacar atau pholio gitu. Kata teman yang kerja sebagai medik, imunisasi jenis itu diberikan saat bayi usia 9 bulan. Jadi kalo ingatan nenekku benar, aku pindah magelang bukan sebagai bayi orok. Tapi satu hal yang pasti, aku lahir di Jakarta, ibu kota negara.

Kakak ku yang pertama 9,5 tahun lebih tua dari aku. Perempuan, diberi nama Laras. Dialah Laras pertama di keluargaku. 2 Tahun kemudian lahirlah anak kedua, perempuan juga, diberi nama Laras. Jadi ada 2 orang Laras perempuan di keluargaku.

Karena 2 orang anaknya perempuan, tentu orang tua ku meninginginkan anak laki-laki. kemudian keinginan tersebut dikabulkan dengan lahirnya anak laki-laki 2 tahun kemudian.  Karena kedua orang kakaknya diberi Laras, maka biar pun cowok tetep diberi nama Laras. Kalo tidak namanya bisa beda sendiri, nanti dikira anak pungut :D

Sudah punya 2 anak perempuan, dan 1 laki-laki. Apakah masih ingin punya anak lagi? Dengan keterbatasan ekonomi pegawai negeri rendahan yang jujur, dan program asuransi kesehatan pegawai waktu itu hanya sampai pada anak ke 2,  rasanya tidak mungkin ingin punya anak lagi.

Kenyataannya 5 tahun kemudian lahirlah aku, anak laki-laki yang juga diberi nama Laras. Jadi apalah penjelasannya selain bahwa aku ini anak gagal KB? Namun orang tuaku selalu bilang aku bukan anak gagal KB apa lagi anak pungut. Dan biasanya aku selalu dapat bonus pelukan.

Ga ada yang tercipta dan yang terjadi di dunia ini akibat kebetulan, termasuk kebetulan alat KB nya tidak berfungsi dengan baik. Semua sudah diatur atas kehendak Allah. Tetap semangat dan tetap LUAR BIASA

Bermasalah dengan Konsistensi

Apa kelemahan terburuk ku?

"KONSISTENSI"

kelihatan kan? blog ini saja hanya terisi 1 di thn 2014, 2 ditahun 2015, dan 1 di tahun 2016. Padahal begitu banyak orang yang bilang kalau dari gaya tulisanku di status fb yang panjang-panjang, saya ini punya bakat menulis,

Sebenarnya saya dan guru SD saya menyadari bakat ini sejak aku masih kelas 5. Tapi orang tua dan terutama kakak no 3  yang superior tidak suka dengan bakatku dan menganggap saya suka nulis yang ga jelas, ga penting, dan kalimat-kalimat negatif lainnya. Celakanya saya bisa susah tidur kalo apa yang ada dikelapa ku tidak ku tulis. Dan kalau ada yang terbangun melihat saya masih melek menulis, teguran langsung saya terima.

Celakanya saya punya masalah dengan pengejaan. Disleksia. Bagaimana mungkin seorang yang punya bakat menulis menderita disleksia? Bahkan saat bertutur saya juga sering salah, apasih namanya? Apasia mungkin. tolong buka kamus psikologi bagi yang punya dan koreksi saya. Terutama jika anda psikolog / psikater.

Puncaknya ketika kelas 3 smp, saya kena gampar guru bahasa Indonesia gara-gara "nulis ga jelas" saat jam pelajaran. Di suruh buat pantun, aku buat 3 pantun, selesai ketika yang lain belum berhasil dengan 1 pantun pun. Lalu aku mulai menulis, guru itu mendekat dipikir aku mengerjakan tugas dengan serius. Bagitu liat aku nulis hal lain, murka lah dia dan menggampar aku .... ga persis seperti itu sih kejadiannya

Intinya kadang justru orang-orang dekat kita lah yang mematikan bakat kita karena kecintaan mereka. Berharap ada bakat lain yang tumbuh seperti keinginan mereka. Masalahnya ga banyak orang yang punya stock bakat dalam dirinya. Kadang malah hanya punya stock satu bakat, itu pun ga diinginkan lingkungannya, kasian.

Lha terus apa hubungannya dengan judul "konsistensi" ?

Itulah, kan sudah saya bilang, kalo saya ini punya kelemahan di kosistensi. Jadi tulisanku ga konsisten.

Semoga tulisan saya ini tidak memperburuk hari mu .... Tetap semangat dan selalu LUAR BIASA ... !!!

Jalan-jalan Naik Bus City Tour Balikpapan

Hari Sabtu pagi, 22 Februari 2020 menjadi hari yang istimewa buat Blogger Balikpapan. Soalnya hari ini kita diberi kesempatan untuk ...