Mungkin judul posting ini mengingatkan anda pada buku "Orang-orang Balikpapan dan Salome" Tapi beneran saya tidak bermaksud mencontek. Baca bukunya aja belum 😀 dan saya tidak akan membahas salome, snack jalanan yang di Jawa lebih dikenal dengan nama cilok.
Balikpapan adalah kota dengan beraneka ragam suku bangsa dan budaya. Bercampur memberikan warna dan rasa seperti sop buah dan es campur. Setiap suku membawa seni dan budaya kampung halamannya ke Balikpapan. Banyak pula yang membentuk kelompok-kelompok kesenian, seperti Banjar, Dayak, Paser, Buton, Bugis, Toraja, Bali, Sunda, dan sudah pasti Jawa dengan berbagai sub suku nya.
Jatilan atau di Balikpapan biasa juga disebut Barongan adalah salah satu kesenian dari Jawa. Boleh jadi adalah kelompok kesenian dengan jumlah anggota dan penggemar yang terbesar dibanding kelompok kesenian lainnya. Ada puluhan kelompok jathilan di Balikpapan dengan jumlah anggota ratusan orang.
![]() |
Saya ketika mengawal anggota cilik kelompok Jathilan Krido Yekso Taruno pada saat persiapan karnaval budaya 2018, photo by Bli Igedhe Yudiarsa |
Pada karnaval budaya ulang tahun Kota Balikpapan bulan Februari lalu, kesenian jathilan adalah peserta karnaval dengan jumlah personal terbanyak. Bahkan kelompok jathilan dari Paser pun ikut
serta berparade. Alasannya Penajam Pasir Utara dulu adalah bagian dari
Balikpapan dengan nama Kecamatan Balikpapan Seberang, jadi mereka ingin
ikut berpartisipasi.
Arak-arakan karnaval begitu panjang dan tetap semangat. Mereka menari, menyanyi, dan menampilkan aktrasi. Seolah tak peduli pada cuaca yang sangat cerah dengan sinar matahari yang terik.
Penonton pun tetap antusias. Saya dan teman-teman komunitas fotografer pun tak kalah antusiasnya mengabadikan acara itu. Saya sampai menghabiskan 2 batre kamera, 2 memory 16G, dan 2 gelas es degan.
![]() |
Penari Senior Langeng Kudho Wirono menarikan tarian "Sakera" |
![]() |
Pemain Jathilan Agung Budoyo |
Hampir setiap minggu selalu saja ada yang tampil. Umumnya mereka "ditanggap" atau disewa oleh orang jawa yang sedang "duwe gawe" atau punya hajad, seperti khitanan, pernikaham, atau ulang tahun anaknya.
Kadang satu pemain bisa bermain di beberapa kelompok kesenian. Demikian juga dengan panjak atau penabuh gamelannya. "seduluran sak lawase" (Persaudaraan selamanya) adalah moto para seniman jawa ini.
Kesenian ini memiliki para pecinta setia yang selalu mendatangi pagelaran mereka. Biasanya informasi kapan dan di mana "jatilan / barongan maen" menyebar dari mulut ke mulut. Termasuk penjual salome yang mengabarkan ke pembelinya kalau ada kelompok jathilan akan tampil. Tak heran apa bila setiap pertunjukan akan ramai dipenuhi penonton.
![]() |
Kasri, salah satu penari wanita dari "Krido Yakso Taruno" |
Di era sosial media ini, keberadaan mereka tersupport oleh sosmed. Melalui sosmed para anggota dan penggemar akan saling berbagi informasi kapan dan dimana ada jathilan main. Setidaknya ada 3 group penggemar jathilan di Balikpapan yang saya ketahui di Facebook. Barongan Balikpapan, Penggemar Barongan Balikpapan, dan Penggemar Barongan Balikpapan New.
Sepertinya ada trend "anak gaul" Balikpapan main jathilan sebagai
kebanggaan. Ada juga istilah "anak jadi-jadi" untuk para penonton
jathilan yang suka "jadi" atau kesurupan saat acara. Pada saat tanggapan
biasanya ada banyak penonton yang umumnya remaja ikut kesurupan.
Apakah mereka semua orang jawa dan keturunannya? Bukan, tidak semuanya orang jawa. Banyak suku-suku lain di Balikpapan yang menjadi pemain dan penggemar setia kesenian jathilan, seperti suku Bugis, Buton, Banjar, maupun suku lain, termasuk yang berdarah campuran.
Awalnya aku heran ketika bertemu dengan pemain jathilan tidak paham ketika ku ajak ngomong Jawa. "Pemain jathilan kok tidak bisa bahasa Jawa?" Rupanya mereka memang bukan orang jawa. Mereka mencintai kebudayaan Indonesia yang kebetulan dari suku jawa.
"Kalau bukan kita siapa lagi Mas? nanti kalau di klaim negara lain marah," begitu alasan mereka. Dan mereka melakukan itu bukan demi uang. Bahkan mereka paham bahwa tidak bisa menyandarkan hidup pada kesenian.
Inilah "Bhineka Tunggal Ika" sejati. Cinta NKRI itu pasti.
- Tetap Semangat - Tetap Luar Biasa -
nah gitu dunk...dishare kegiatannya yg seru...
ReplyDeleteya ... bakalan banyak cerita
DeleteMasooooook mas Laras artikelnya keren tentang jaranan semoga makin sukses blognya dan banyak cerita yang mengispirasi
ReplyDeleteSalam budaya " Sak duluran sak lawase "
Suwun dulur .....
Deleteaduh masa' belum baca buku salome. Ada saya lho (promosi)
ReplyDeleteYang ini bagus lho gaya penulisannya, plus foto2nya yang ciamik, 100% mendukung banget dan bakalan jadi khasnya Mas Laras
Terimakasih
DeleteItu karena blog bisa menyatukan hobby fotografi dan menulis
Kerennn tapi panjang sekali kemana read morenya
ReplyDelete