Thursday, November 14, 2019

Kerjaan Enak dan Banyak Duitnya, Tapi ditolak banyak orang: Marketing & Sales

Saat ini pengangguran di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, namun ada satu lowongan pekerjaan yang buka terus. Aneh ya kok tidak pernah penuh lowongan itu? Padahal pengangguran di Indonesia kan tinggi? Karena pekerjaan itu adalah MARKETING & SALES

Jangankan menerima pekerjaan itu, membayangkan saja sudah seperti mengalami alergi, atau seperti diingatkan pada pengalaman traumatik di masa lalu. Perut terasa mual-mual menunjukkan penolakan, bahkan ditawari kerjaan itu saja bisa sampai marah-marah.

Awalnya, saya yang introvert ini pun memiliki penolakan yang sama atas jenis pekerjaan ini. Mungkin orang-orang yang mengenal saya saat ini tertawa mendengar pengakuan saya bahwa saya ini introvert. Tapi jujur sesungguhnya saya ini adalah seorang introvert, pekerjaan saya lah yang membuat saya menjadi extrovert dan gen-gen sanguin saya bangkit.

Sebenarnya apa salah marketing & sales?

TIDAK ADA!!! Yang ada adalah image negatif dan salah pada dunia marketing & sales, yang identik pada sales door to door. Hayo mengaku saja, begitu dengar kata marketing & sales, yang terbayang adalah sales door to door yang mengetuk pintu ke pintu menawarkan barang. Mengaku rekanan BUMN atau apalah, bilang survey ujung-ujungnya jualan bahkan memaksa beli. 

Tidak heran ketika ditawari pekerjaan Marketing & sales, kebanyakan orang selalu menolak. Alasan verbalnya mungkin "tidak bisa jualan" atau "aku orangnya pemalu" atau "tidak punya kendaraan" dan lain-lain. Padahalbisa jadi alasan sebenarnya ada di dalam benaknya: Ngapain jadi marketing? Gengsi!

Bahkan teman-teman yang akhirnya bekerja sebagai marketing & sales pun banyak yang menyembunyikan pekerjaannya. Alasannya selalu sama: MALU. Kenapa? karena pekerjaan itu selalu menjadi sasaran bullying dari teman-teman yang lain. 

Padahal pekerjaan Marketing & Sales bukanlah pekerjaan yang memalukan, bahkan bisa tergolong yang membanggakan. Salah satu teman yang sekolah SMK jurusan marketing pernah cerita tentang gurunya. Katanya guru tersebut pernah menyemangati anak-anak didiknya dengan sebuah argumen,"Anak boga bisa memasak masakan enak, anak busana bisa mejahit baju bagus, anak TKJ bisa membangun jaringan komputer yang canggih, anak grafika bisa membuat grafis yang indah, anak mesin bisa merakit mesin yang kuat, sebutkan saja semua jurusan dan karya-karyanya. Semua akan menjadi sia-sia jika tidak ada yang bisa menjualnya. Dan siapa yang menjual? Marketing! Tanpa marketing yang handal usaha apa pun akan mati."

Indahnya Dunia Marketing and Sales
Beda Marketing dan Sales

Sebelum saya lanjutkan, saya ingin meluruskan terlebih dahulu salah kaprah tentang Marketing & Sales. Orang sering menganggap marketing itu ya sales. Padahal sebenarnya kedua kata ini bukan sebuah sinonim, mereka memiliki makna yang berbeda.

Sales atau menjual, lebih menitik beratkan pada penjualan. Penghasilannya berdasarkan presentase nilai penjualan mereka. Tak heran jika apa pun dilakukan sales agar dagangannya laku, sampai kadang mengaku rekanan BUMN yang datang untuk survey tapi ujung-ujungnya maksa beli barang jualannya. Ya kalau jualannya menggunakan aksi tipu-tipu mana bisa hasilnya berkah? Kalau jualannya berharga rendah mana bisa banyak komisinya?

Berbeda dengan sales otomotif, property atau aset-aset lain yang nilainya tinggi, tentu hasilnya tinggi pula. Saya tidak tau persis berapa persentase komisi penjualan properti. Info yang saya dapat untuk penjualan senilai 500 juta - 3 milyar seorang agen properti bisa menerima komisi 1,5%-2,5%. Jika seorang sales berhasil menjual unit properti senilai 500 juta, lalu anggap saja dia mendapat komisi 2% maka dia  mendapat 10 Juta! kalau dia bisa menjual 5 unit dalam sebulan? Kalikan saja dengan 5 menjadi 50 juta! Fantastis bukan? Tentu saja cara penjualan barang-barang dengan nominal besar tidak bisa dengan cara sales, harus dengan pendekatan marketing.Mengapa? Kerna kebanyakan orang tidak akan mengambil keputusan sesaat untuk membeli sesuatu yang nilainya besar, apalagi sampai ratusan juta hingga milyar.

Apa itu marketing? Marketing adalah suatu kegiatan yang membuat seseorang yang tadinya tidak mau menjadi mau. Dan ini tidak melulu tentang penjualan. Misalnya timses pilkada, tugasnya adalah membuat warga mau memilih calon yang mereka dukung, artinya ini juga marketing. Seorang relawan yang mensosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan sungai, itu juga marketing yang membuat warga yang awalnya tidak peduli dengan kebersihan sungai jadi mau menjaga kebersihan sungai.

Pada dasarnya kita semua terlahir dari marketing, karena dari bayi kita sudah melakukan upaya agar orang lain mau mengerjakan sesuatu untuk kita. Seorang bayi menangis agar diteteki ibunya. Seorang anak kecil bisa menangis keras-keras agar orang tuanya mau membelikan mainan yang dia inginkan. Seorang remaja putri pasang status "Panas-panas begini enaknya makan sop buah" adalah upaya marketing agar ada pemuda yang membelikan dia sop buah.

Tanpa kemampuan marketing, sungguh sengsara hidup kita, karena kita tidak bisa mengoptimalkan segala sesuatu yang ada disekitar kita untuk mencapai tujuan kita. Dan orang yang sukses didunia ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan marketing. Karena dengan kemampuan marketingnya, orang-orang akan membantu dia mencapai tujuannya.

Marketing & Sales sejati akan sangat bangga dengan pekerjaannya. Mereka biasa menyebut dirinya Marketer atau Sales People.

Penghasilan Marekting & Sales Yang Tak Terbatas

Marketing sales memiliki penghasilan yang tidak ada batasnya. Berapa pun yang dia jual, dihitung komisi yang dia terima. idak seperti pekerjaan yang sifatnya adnimistrasi atau teknisi, hasilnya hanya sebatas gaji pokok dan lembur yang tidak banyak. Itu kalau bisa jualan, kalau tidak? Yang berlatih dan belajar dong! eh, maaf jawaban itu yang selalu saya sampaikan agar teman-teman saya mau berusaha berkembang, tidak hanya berkutat pada ketrampilannya. Ingat: manusia berusaha Tuhan yang menentukan.

Ada 2 kondisi penghasilan marketing dan sales. Yang pertama ada gaji pokok, namun umumnya kecil. Jadi kalau tidak ada penjualan atau closing bulan itu masih bisa terima gaji,tapi umumnya hanya bersifat uang makan / transport / kehadiran. Jika dalam batas tertentu (misalnya 3 bulan) tidak mencapai target atau bahkan tidak ada penjualan sama sekali, maka akan mendapat pemutusan hubungan kerja, karena anda hanya akan menjadi benalu di perusahaan itu.

Yang kedua adalah no target no pay.Artinya anda hanya dibayar sesuai dengan hasil kerja anda. Tidak ada hasil ya tidak dibayar. Tapi biasanya komisi yang dihasilkan perusahaan ini sangat besar. Misalnya pada perusahaan Pialang Berjangka.Seorang Markting Pialang Berjangka, jika tidak memiliki nasabah ya tidak komisian.

Jadi kalau tiap bulan tidak closing tidak bisa gajian tiap bulan?

Tidak seperti itu, karena type Marketing di perusahaan Pialang berbeda dengan marketing pada umumnya. Marketing Pialang berjangka bukan sales. Mereka tidak menjual apa pun, melainkan menawarkan "alat transaksi" yang menghubungkan nasabah dengan bursa tempat terjadinya jual dan beli. Komisi yang didapatkan bukan dihitung atas seberapa closing yang dihasilkan oleh seorang marketing, melainkan berapa lot (unit) transaksi yang dilakukan nasabahnya.

Misalnya ketika seorang Marketing berhasil mengajak seorang nasabah bergabung dengan mendepositkan modal sebesar 500 juta, komisi marketing tidak dihitung degan persentase dari 500 juta tersebut, melainkan berapa banyak transaksi yang dilakukan nasabah dengan deposit sebesar itu. Misalnya saya estimasikan nasabah tersebut bertransaksi 300 unit lot, maka yang dihitung adalah 300 unit lot tersebut dikalikan komisi 1 unit lot. Komisi per unit lot nya berbeda tergantung jumlah unit lot yang ditransaksikan nasabah, semakin banyak unit lot nya semakin besar nilai komisi pengkali nya. Jumlahnya berbeda-beda untuk setiap pialang. Misalnya Marketing tersebut mendapat komisi sebesar 200 ribu setiap lot dikali 300 lot  hasilnya 60 juta rupiah, belum ditambah allowance dan bounty yang dia terima. Besar bukan? Tidak usah bingung menghitung pajaknya, sudah dipotong langsung dan ditransfer sesuai NPWP anda.

Beda gaya hidup Marketing Sales

Gaya hidup marketing dan sales berbeda dengan kaum pekerja pada umumnya. Kamu pekerja akan menyesuaikan pengeluaran dengan penghasilan mereka, kalau harus membeli barang yang harganya di luar jangkauan gaji mereka, ya terpaksa kredit sehingga harus membayar lebih tinggi.

Yulia, Marketing PT Kontakperkasa Futures Balikpapan dengan motor barunya yang dibeli tunai.
Sebaliknya para marketing & sales akan berusaha menyesuaikan penghasilan mereka agar dapat menutup pengeluaran bukan hanya untuk hidup mereka, tetapi gaya hidup mereka. Jangan heran jika mereka terbiasa menggunakan gadget flagship dan menikmati hidup di tempat-tempat mahal, karena mereka bisa menyiapkan uang untuk itu.


Jika marketer dan sales people menginginkan sesuatu yang mahal, mereka akan membuat rencana. Berapa jumlah komisi yang ia perlukan untuk membelinya? Bagai mana caranya untuk mencapainya? Lalu mereka akan eksekusi rencana tersebut tanpa takut gagal, bagi mereka berusaha dan gagal itu lebih baik daripada sekedar mengikuti arus terbawa ke arah yang tidak mereka inginkan. Gagal ya usaha lagi, gitu saja kok repot.

Teringat saya pada sebuah kejadian yang saya temui ketika saya menikmati me time di sebuah mall. Saat itu sedang ada restoran jepang yang baru di buka. Di depan tempat saya duduk bertemulah 2 orang yang sepertinya sudah lama kenal. Dan basa-basinya adalah:

orang I     : "Kerja di mana kamu sekarang?"
orang II    : "Di PT. ....., jadi marketing"
Orang I    : "Kasiannya kamu jadi marketing, ada gaji pokoknya tidak?"
Orang II   : "Tidak ada. Aku cuma mengandalkan komisi dan bonus"
Orang I    : "Kok mau sih kamu kerja tidak ada gajinya. Mendingan kayak aku ini, jadi admin, sudah        pasti tiap bulan dapat UMK. Tidak pusing dikejar target"
Orang II   :   "Jadi kamu udah ada gaji pokok ya? Kebetulan nih, aku mau ke restoran jepang baru              disini, kita makan di sana yuk, makan ramen atau apa gitu."
Orang I    :   "Kamu mau traktir kah?"
Orang II   :  " Bayar sendiri-sendiri lah, kamu kan punya gaji pokok"
Orang I    : "Ogah, biar lagi promo opening mahal tau. Kalau makan disana nanti aku makan mie                  instan sampai gajian!"
Orang II   : "Makanya jadi marketing, biar bisa sering makan ramen mahal, bukan mie instan terus!"

Saya hampir tertawa mendengar itu, jadi saya putuskan menjauh takut ketauan kalau sedang mencuri dengar. Entah apa yang terjadi dengan mereka berdua setelah itu. Mungkin akan ada drama di medsos mereka, dan berakhir dengan unfriend.

Bisa jadi anda akan menganggap si Marketing itu sombong, tapi menurut saya si admin lah yang sombong dan meremehkan pekerjaan marketing. Padahal si marketing menikmati pekerjaannya dan penghasilannya melebihi si admin.

Jessy, Sales Executive Hotel Platinum Balikpapan

Gaya hidup marketing itu indah, penghasilan yang tak terbatas, tempat dan jam kerja yang flexible. Berbeda dengan para pekerja umumnya yang hanya berharap gaji pokok dan lemburan, dan kalau bossnya baik ada bonus jika perusahaannya meraih laba yang tinggi. Jam kerja pegawai pada umumnya juga sudah ditentukan, masuk jam berapa sampai jam berapa, shift nya bagaimana.

Lingkungan kerja para pekerja pun umumnya terbatas dengan segala konsekuensi dan risiko di dalamnya. Seperti  buruh bekerja di pabrik yang berisik penuh debu dan terpapar bahan kimia, atau admin yang bekerja di ruang sempti kubikon nya, teknisi di workshop dengan perlengkapan alat pelindung diri nya untuk keselamatan. Tapi para marketing bekerja bebas di mana saja. Bisa di mall, cafe, taman, dan di mana saja mereka bisa bertemu client mereka. Sambil ngopi yang bukan kopi sasetan, sambil minum teh yang bukan teh celup, makan ramen  bukan mie instan.

Masih mau Bullying Marketing?






No comments:

Post a Comment

Jalan-jalan Naik Bus City Tour Balikpapan

Hari Sabtu pagi, 22 Februari 2020 menjadi hari yang istimewa buat Blogger Balikpapan. Soalnya hari ini kita diberi kesempatan untuk ...