Thursday, December 5, 2019

Boikot Produk Israel, Kenapa Sepi?

Jujur ya, saya heran kenapa seruan itu sepi-sepi saja di Indonesia. Bahkan di beranda FB saya hampir ga ada hingar bingarnya. Tidak seperti masalah-masalah sensitif keagamaan lainnya. Bukan kah Indonesia adalah salah satu negara yang mendukung Palestine? Selalu mengirim logistik dan obat-obatan ke Palestine?

Kecurigaan saya adalah karena mungkin ada rasa malu atau takut dinyiyirin, boikot Israel kok masih pake FB? FB kan buatan Yahudi? Dan sepertinya kecurigaan saya ini benar, karena ketika saya share content dari luar berupa video clip "kenapa saya memutuskan berhenti menggunakan produk Israel" langsung ada komentar nyiyir dari teman facebook saya.

Padahal Israel dan Yahudi adalah sesuatu yang berbeda. Negara dan Etnis itu beda lah. Ya memang FB buatan orang Yahudi, yang mungkin juga pro Israel. Tapi sangat tidak masuk akal bagi saya hanya karena saya pakai FB, System Operasi Windows, dan produk-produk Yahudi lainnya yang tidak bisa saya hindari, trus saya tidak boleh berhenti memakai produk Israel yang lain? ah dasar netizen +62



Jauh sebelum heboh seruan berhenti menggunakan produk Israel, saya sudah menghidari produck yang teraviliasi dengan israel, sebisa mungkin berhenti. Dan saya lebih suka memilih produk lokal yang memberikan keuntungan kepada bangsa sendiri. Biar duit yang saya belanjakan tidak dibawa keluar negeri sebagai keuntungan mereka.

Sudah lama saya berhenti ngopi di star buck. Mahal? ya itu salah satu alasannya. Tapi bahkan ketika ditraktir teman pun, saya selalu minta opsi lain selain star buck. Dan ketika Circle saya melakukan gathering di star buck, ya saya cuma punya 2 pilihan: Tidak datang atau datang tapi tidak membeli apa pun, walau pun ditraktir.

Lebih baik saya minum kopi sasetan daripada ngopi di star buck, meski saya tetap merasa sedikit  bersalah karena menyumbang plastik sebagai polutan dunia. Ngopi di coffee shop lokal lebih menarik bagi ku, apalagi sekarang banyak yang pakai jargon lucu-lucu. Ngopi di watung kopi di pasar atau pinggir jalan tetap menarik bagiku, bisa ngobrol dengan siapa pun yang berkunjung disitu dan tukang warungnya. Hal yang tidak bisa dilakukan di star buck. Lagi pula kopi lebih cocok dimakan dengan makanan gorengan terutama jadah goreng daripada cookies.

McD dan KFC, udah lebih dari setahun saya tidak makan di KFC dan bertahun-tahun tidak makan di Mc.D. Lagi-lagi mahal adalah salah satu alasannya, selain itu saya juga tau itu adalah Junk Food alias makanan sampah.

Ya saya memang penggemar ayam, tapi kalau cuma pingin ayam krispi tidak perlu ke KFC atau Mc.D. Yang dijual di rombong (gerobak) kalau di Balikpapan harganya cuma cemban (10 ribu). Rasanya beda memang, wajarlah harganya juga beda. Tapi aku ga merasa penambahan harganya itu sebanding dengan perbedaan rasanya. Dan lagi-lagi saya memberikan keuntungan pada orang Indonesia yang tidak harus membayar royalty ke luar negeri. Burger? Saya bukan penggemar Burger, saya penggemar ayam goreng dengan segala bentuk dan modelnya, krispi, lalapan, penyet, dan geprek.

Coca Cola dan Pepsi? Udah lama berhenti minum soda, ga bagus buat kesehatan tau. Sebenarnya udah tau lama, waktu kuliah di Teknologi Pertanian dulu, tapi bandel. Dan sekarang udah berhenti. Malah aku kalau dikasih minuman soda suka takut, parno gitu. Apalagi di Youtube banyak content tentang penggunaan minuman soda untuk membersihkan logam dan keramik. S E R A M.

Daripada minum Coca Cola, saya lebih suka minum es cendol dawet ... cendol-cedol ... dawet-dawet ... cendol dawet seger ... piro? Limangatusan ... ngapusi ... wkwkwkwk.

Saya Indonesia ! Selera Nusantara. Biarlah uang yang saya keluarkan untuk konsumsi harian saya masuk menjadi keuntungan bangsa sendiri, tidak dibawa keluar dari Indonesia, apalagi menjadi sebagian dari dana pembelian senjata untuk menyerang Palestine.

2 comments:

Jalan-jalan Naik Bus City Tour Balikpapan

Hari Sabtu pagi, 22 Februari 2020 menjadi hari yang istimewa buat Blogger Balikpapan. Soalnya hari ini kita diberi kesempatan untuk ...